RSS

PTK I

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MELIBATKAN SISWA MENCARI  DAN  MENYAJIKAN MATERI PEMBELAJARAN MELALUI PROGRAM POWER POINT

BAB  I

PENDAHULUAN

 

  1. A.    Latar Belakang Masalah

 

Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Karena untuk memajukan suatu negara aspek utama yang perlu dibenahi adalah sumber daya manusia, sebagai pengolah negara tersebut. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu harus melalui pendidikan. Maka pendidikan faktor utama untuk menandingkan diri dengan negara-negara maju dunia.

Berbagai peraturan  pemerintah dan peraturan menteri telah diluncurkan sebagai aplikasi keseriusan pemerintah untuk memajukan pendidikan.  Seperti, upaya menindak-lanjuti telah diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, diterbitkan beberapa Peraturan Menteri untuk mendukung hal tersebut. Sampai akhir tahun 2007 Mendiknas telah menerbitkan Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Permendiknas No. 24 tahun 2006 dan No. 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23, Permendiknas N0. 12, 13, 16 dan 18 tahun 2007 tentang Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana, dan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. (Depdiknas, Dirjen MPDM, Direktorat Pembinaan SMA, 2008).

Menjadi renungan kita semua, jika etikat baik pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia, dengan konsep dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan, tidak akan berhasil dengan baik apabila kebijakan atau konsep itu tidak dipahami dan dilaksanakan dengan maksimal oleh komponen masyarakat, terutama oleh pihak-pihak yang berpengaruh langsung dengan bidang ini, mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sampai Tingkat Satuan Pendidikan/Sekolah selaku pelaksana kebijakan.

Setelah memahami dan dilaksanakan dalam konsep yang tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapi, pekerjaan tidak berakhir sampai di situ. Terutama guru, yang banyak berkecimpung di dalamnya otomatis memegang andil besar dalam proses pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah itu, dan harus punya etikat yang sama demi memajukan pendidikan Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, disesuaikan dengan tuntutan zaman yang dihadapi.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan manusia termasuk dalam dunia pendidikan. Tuntutan tersebut antara lain peningkatan kualitas pendidikan.

Untuk memenuhi tuntutan itu maka tidak boleh tidak kualitas dunis pendidikan harus ditingkatkan dengan cara-cara yang benar, baik dan profesional, baik penyempurnaan kurikulum, peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas guru.

Upaya ke arah itu pun sudah dilaksanakan. Penyempurnaan kurikulum misalnya, telah dilaksanakan sejak tahun 2004 dengan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Begitu juga dalam segi pengadaan bahan ajar dengan menyediaka buku-buku pelajaran dan buku penunjang lainnya, sarana dan prasarana yang senantiasa dibenahi.

Yang penting diperhatikan adalah pembuatan bahan ajar tidak menyimpang dari alur yang termaktub dalam KTSP yaitu Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran dan lahirlah Bahan Ajar dimaksud. Semua itu bisa diolah sedemikian rupa tanpa mengenyampingkan unsur-unsur tadi.

Manajemen pendidikan juga selalu ditingkatkan, kesejahteraan guru yang juga telah diperhatikan yang tentunya diiringi dengan upaya peningkatan kualitas guru itu sendiri dengan penataran-penataran guru, misalnya, atau Training Of Trainer (TOT) pada bidang masing-masing telah senantiasa dilaksanakan.

Guru sebagai arsitek pembelajaran harus mampu mentransfer ilmu kepada peserta didik dengan tepat dan inovatif. Dengan demikian guru dituntut untut memiliki kemampuan seperti ketepatan memilih strategi, metode pembelajaran, teknik penilaian, penyediaan sumber bahan ajar, penggunaan media pembelajaran dan pengorganisasian kelompok belajar (kelas).

Sebagai pertimbangan dan hal ini telah menjadi kenyataan bahwa teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah saat ini masih banyak menggunakan tradisi lama, guru mencatat di papan tulis, bahkan kadang-kadang meminta bantuan siswa, lalu siswa lainnya mencatat saja. Proses seperti ini akan memakan waktu yang cukup lama dan nuasanya juga akan terkesan membosankan. Sementara ketidak-berhasilan pembelajaran, rendahnya kualitas pendidikan senantiasa ditumpukan kepada siswa dengan alasan, motivasi dan minat belajar siswa yang rendah, infut sekolah yang tidak mendukung, sarana dan prasarana yang tidak memadai serta terkendala dari segi ekonomi dan alasan-alasan lainnya.

Karena itu metode pembelajaran siswa mencatat apa yang guru catat di papan tulis, lalu diterangkan seadanya, memberi contoh latihan, tugas individu atau kelompok, siswa tidak uabahnya sebagai mesin, pencatat, pendengar, pencari dan pembuat tugas yang tentu menimbulkan kebosanan dan kejenuhan bagi siswa itu sendiri. Akibatnya Pendidikan Agama Islam sangat penting tapi karena disampaikan dengan sajian yang tidak tepat akhirnya minat untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam tersebut terkesan rendah.

Kelompok belajar kelas XI IPS2 Semester II SMA Titian Teras Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah kelompok siswa yang memiliki nilai terendah pada Program Ilmu Pengetahuan Sosial, hasil seleksi nilai raport semester I Tahun pelajaran 2008/2009. Keberadaan siswa kelas XI IPS2 menurut pengakuan beberap guru SMA Titian Teras memang memiliki daya pikir yang kurang memuaskan disertai pula dengan tingkat motivasi belajar yang rendah. Peneliti mencoba mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terhadap kelas XI IPS2 ini dengan tujuan menemukan metode baru untuk memacu agar mereka lebih termotivasi untuk menekuni setiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru.

Didukung dengan fasilitas yang cukup lengkap (tersedianya Laboraturium Internet, Ruang Komputer Sekolah dan Laptop yang dimiliki siswa)  serta kemampuan yang telah dimiliki siswa SMA Titian Teras Provinsi Jambi dalam Ilmu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), maka peneliti tercetus untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan melibatkan siswa dalam proses menyampaikan materi bahan ajar Pendidikan Agama Islam dengan media Power Point. Harapannya tentu minat untuk menekuni Ilmu Agama, khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai Mata Pelajaran Wajib di sekolah, lebih meningkat dan menciptakan nuasa kelas menjadi hangat,  serta meningkatkan  peran aktif siswa dalam mencarai materi, ilmu yang bakal disajikan. Hasilnya seperti apa, ikuti hasil Karya Ilmiah ini selanjutnya.

  1. B.     Rumusan Masalah

 

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana nuansa kelas dan minat siswa mengikuti Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah dilakukan model pembelajaran dengan menggunakan media power point yang dicari, diolah dan disampaikan (dipresentasekan) langsung oleh siswa secara berkelompok.

Kelas XI IPS2 adalah kelompok belajar yang terjaring sebagai kelompok belajar yang nilai akademisnya terendah sesuai dengan nilai laporan hasil belajar (raport) semester I Kelas XI IPS Tahun Pelajaran 2008/2009. Dari hasil seleksi ini tenyata semangat dan minat belajar mereka kurang memuaskan dan senantiasa berubah-rubah, dalam artian kadang-kadang semangat dan kadang kurang semangat yang berakibat rendahnya hasil evaluasi belajar. Fenomena ini sangat tergantung kepada metode guru mengajar di dalam kelas.

Untuk memacu agar semangat belajar mereka terus meningkat dan terpelihara maka para guru harus selalu jeli dalam mencari metode-metode terkini dalam menyampaikan materi pembelajaran agar kejenuhan siswa bisa diatasi. Karena semangat dan minat seorang siswa sangat menentukan keberhasilan tujuan suatu pendidikan.

Dan peneliti kali ini mencoba menggunakan model pembelajaran dengan mengikut-sertakan siswa dalam mencari, mengolah dan langsung menyajikan kepada teman-teman mereka secara berkelompok dengan menggunakan sarana komputer (power point). Dengan harapan bisa meningkatkan semangat dan minta siswa dalam menggali ilmu.

  1. C.    Ruang Lingkup

Beberapa kemahiran yang dituntut kepada siswa dalam mempelajari Pendidkan Agama Islam pada prinsipnya nilai akhir terletak pada aplikasi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun di sisi lain  adanya tuntutan untuk mengantongi nilai sebagai bukti tertulis yang dimuat dalam laopran hasil belajar (raport) yang dulunya mencakup tiga aspek, kognitif (nilai akademik) , psikomotorik (nilai praktek) dan afektif (nilai sikap). Karena tuntutan kurikulum terbaru 2008 aspek psikomotorik dilebur dan dimasukkan ke aspek kognitif.

Agar penelitian ini tidak melebar jauh, dan hasil penelitiannya bisa lebih fokus, nyata dan obyektif maka peneliti membatasi penelitian ini kepada siswa Kelas XI IPS2 Semester Genab SMA Titian Teras Provinsi Jambi pada Aspek Al-Qur’an dengan tema “Memelihara Kelestarian Lingkungan  Hidup.”

Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator mencakup satu materi pokok saja yaitu:

  1. Siswa mampu menyebutkan dalil Al-Qur’an tentang perintah melestarikan lingkungan hidup sekaligus penjabarannya.
  2.  Siswa diharapkan mampu mengetahui apa-apa saja yang dapat merusak lingkungan hidup di sekitar mereka.
  3.  Siswa mampu membiasakan diri untuk menjaga lingkungan sekitar agar selalu indah dan asri.

Sementara Indikator yang harus dicapai siswa adalah :

  1. Siswa mampu melafalkan dalil Al-Qur’an tentang kewajiban memelihara lingkungan hidup dengan baik dan benar.
  2. Siswa mampu mengidentifikasikan tajwid pada dalil A-Qur’an yang berhubungan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
  3. Siswa mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana cara melestarikan lingkungan hidup di sekitarnya.

Kompetensi Dasar dan Indikator tersebut tercakup satu materi pokok yaitu “Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup” dan dipelajarai di SMA Kelas XI semester II. Sebagai upaya untuk mencapai Kompetensi Dasar dan Indikator ini maka digunakan metode pembelajaran dengan Power Point yang diolah dan disajikan langsung oleh siswa secara berkelompok di depan teman-teman mereka.

  1. D.    Tujuan dan Manfaat

 

Adapun Tujuan  Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :

  1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mencari dan mengolah bahan ajar “Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup,” dalam bentuk power point. Dapat ditelaah melalui hasil bahan ajar yang mereka olah dan presentasekan.
  2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi bahan ajar melalui presentase di depan kelas dengan media power point. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka menyampaikan materi dan menjawab segala pertanyaan teman-teman mereka.
  3. Meningkatkan kenyamanan suasana kelas dan minat siswa dalam mengikuti Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Akan terlihat suasana kelas lebih berbeda karena penyampaian materi yang berbeda dari biasanya.
  4. Meningkatkan hasil evaluasi siswa secara menyeluruh dengan menggunakan metode power point oleh siswa secara berkelompok. Hasil ini bisa dilihat setelah diadakan evaluasi berupa Ulangan Harian (UH), Ujian Mid Semester atau Ujian Semester.

Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah :

  1. Membiasakan siswa untuk mandiri mencari materi pelajaran bukan hanya Pendidikan Agama Islam tapi juga Mata Pelajaran lainnya.
  2. Mengaplikasikan Ilmu Teknologi, Informasi dan Komunikasi yang telah dikuasai siswa dan dibaurkan dengan materi Pendidikan Agma Islam.
  3. Membiasakan berbicara di depan forum, dengan sistem yang tepat, dan menguasai kondisi kelas dengan baik.
  4. Membiasakan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menanggapi pendapat orang lain dengan arif dan bijaksana.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

  1. A.    Bahan Ajar dan Materi Pembelajaran

 

  1. 1.      Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

  1. a.      Tujuan Penyusunan Bahan Ajar

 

v  Menyediakan Bahan Ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karateristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.

v  Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

v  Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

  1. b.      Jenis Bahan Ajar

 

v  Bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul, Lembar Kerja Siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto, gambar, model atau maket.

v  Bahan ajar dengar (audio), seperti kaset, radio, piringan hitam dan compacct disk audio.

v  Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti video compact disk, film.

v  Bahan ajar multi media interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD), multi media pembelajaran internet dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

 

  1. c.       Manfaat Bagi Guru

 

v  Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

v  Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang kadang-kadang sulit untuk diperoleh.

v  Memperkaya, karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.

v  Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.

v  Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

v   Menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

 

  1. d.      Manfaat Bagi Siswa

 

v  Kegiatan pembelajaran jadi lebih menarik dan tidak membosankan.

v  Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

v  Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.

(Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008).

 

  1. 2.      Materi Pembelajaran

 

Materi Pembelajaran (instructional materials) adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Materi pemebelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.

Materi yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.

  1. a.      Jenis-jenis Materi Pembelajaran

 

Materi Fakta: segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen auatu benda dan sebagainya.

Materi Konsep: segala yang berwujud pengertian, pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi defenisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti atau isi dan sebagainya.

Materi Prinsip: berupa hal-hal yang utama, pokok dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antara konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

Materi Prosedur: meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

Materi Sikap atau Nilai: merupakan haasil belajar aspek afektif, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja dan sebagainya.

 

  1. b.      Jenis-jenis Pembelajaran

 

Prinsip Relevansi: materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.

Prinsip Konsistensi: jika kompetensi dasar yang dikuasai siswa ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

Prinsip Kecukupan: artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.

(Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008).

 

  1. B.     Hakekat Belajar dan Mengajar

 

  1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses pendewasaan diri. Kedewasaan seseorang tidak dilihat dari perubahan fisik semata, melainkan ditunjukkan dengan adanya sikap dan pola pikir dari suatu aktivitas keseharian. Perubahan ini sangat memungkinkan seseorang dapat menyikapi lingkungan sekitar.

Sadirman (2005) mengatakan bahwa proses belajar mengajar dapat berlangsung sengaja atau tidak sengaja. Selanjutnya belajar yang disengaja berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran, yang dalam istilah selalu disebut Proses Belajar Mengajar atau kata lain Proses Pembelajaran.

Proses Pembelajaran adalah suatu kegiatan dari guru ke siswa yang berlangsung dalam kelas. Dimana kegiatan ini diharapkan adanya pembangkitan minat atau motivasi. Hal ini diyakini agar kegiatan optimal belajar dipusatkan kepada siswa ssehingga apa yang terjadi menjadi bermakna dan berdaya guna. Maka seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan mudah dicerna dan tidak membosankan. Untuk tujuan itu metode-metode baru harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan zaman, situasi dan budaya sosial siswa setempat.

  1. Hakekat Belajar

Aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Dengan belajar maka tingkah laku akan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan jiwa, fisik dan dipengaruhi oleh ilmu dan pengalaman hidup yang  seseorang peroleh.

  1. Hakikat Mengajar

Membantu peserta didik (siswa) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar bagaimana belajar.

  1. C.    Media Pendidikan

Media Pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. (Drs. M. Noor Syam : 1990). Sedangkan Dr. Oemar Hamalik (1994) mengatakan bahwa Media Pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah, karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional.

Jika ditinjau dari jenisnya maka media dalam proses pembelajaran terbagi beberapa bagian. Antara lain Media Auditif  yaitu media yang hanya  mengandalkan kemampuan suara, seperti radio, tape recorder, piringan hitam. Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, seperti ganbar atau foto, peta, film strip, film bisu, film kartun. Media Audiovisual yaitu media yang memiliki unsur suara dan gambar. Media ini memiliki kemampuan lebih baik karena meliputi dua jenis media pertama dan kedua. (Djaramah Asman Zain : 1995)

Komputer adalah alat elektronik yang bekerja atas sekumpulan instruksi serta dapat melakukan hal-hal seperti menyimpan data, melakukan perhitungan numerik dan sebagainya. Bahkan menurut Yuda (Intisari : 1995) komputer dapat digunakan untuk pendidikan dan hiburan. Pernyataan ini jelas betapa media komputer sangat membantu kesusksesan dan kelancaran dalam proses pembelajaran.

  1. D.    Peranan Media Pendidikan

 

Kemajuan teknologi modern adalah salah satu faktor yang turut menunjang usaha pembaharuan dalam peningkatan mutu pemebelajaran. Peran teknologi sudah sedemikian menonjol, terutama pada masyarakat dari negara-negara yang telah maju dan mulai menerobos ke negara yang sedang berkembang. (Dr. Oemar Hamalik : 1994).

Dengan menggunakan media pendidikan berdasar hasil teknologi modern tersebut maka banyak kemudahan yang diperoleh oleh pelaku pendidikan itu sendiri, baik seorang guru maupun peserta didik. Seorang guru umpamanya dengan adanya media komputer dengan sangat mudah menstranfer ilmu kepada siswa, dan siswa dengan mudah menyerap ilmu yang disampaikan. Dan akan lebih menarik lagi jika dengan metode-metode yang bervariatif.

Namun kata Sudjana dan Ahmad Riva,i (2001) dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran ada hal yang perlu diperhatikan. Yaitu ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, dukungan terhadap isi bahan pelajaran, kemudahan dalam memperoleh media, keterampilan dalam menggunakannya, tersedianya waktu untuk menggunakannya dan sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Maka jelaslah seorang guru harus jeli dan bijak mengikuti perkembangan teknologi modern terutama menyangkut masalah sarana media pendidikan yang senantiasa berkembang, demi kemudahan menghantar ilmu kepada siswa, dan siswa cepat tanggap terhadap apa yang mereka inginkan.

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

  • Objek Penelitian

Objek Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Titian Teras Provinsi Jambi Kelas XI IPS 2 Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah 30 siswa, 18  putra dan 12 putri. Dengan latar belakang Kelas XI IPS 2 ini adalah kelompok belajar hasil seleksi akademik sebagai siswa yang kemampuan daya pikir yang agak kurang, semangat belajarnya rendah dan motivasi belajar  kurang stabil, selalu berubah, kadang-kadang semangat dan kadang-kadang kurang semangat. Hal ini sangat tergantung pada metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

  1. 1.      Siswa Kelas XI IPS2 di Mata Para Guru

 

Untuk mengetahui keadaan siswa SMA Titian Teras Kelas XI IPS2 Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 peneliti telah mengadakan wawancara terhadap beberapa orang guru yang mengampu mata pelajaran di kelas XI IPS2.

Saat pertanyaan diajukan, “Bagaimana kemampuan siswa Kelas XI IPS2, dalam menerima Mata Pelajaran Ekonomi?”  Surya, S. Pd menuturkan:

“Siswa SMA Titian Teras Kelas XI IPS2 adalah kelas hasil seleksi nilai raport terendah dari semua siswa Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Hanya ada dua kelas XI IPS di SMA Titian teras dan Kelas XI IPS2 ini secara akademik terbukti bahwa kemampuan mereka dalam menyerap pelajaran  memang agak rendah jika dibanding dengan Kelas XI IPS1. Dan bisa dibuktikan hasil raport mereka. Tidak usah susah-susah menelitinya, buktinya mereka duduk di kelas ini adalah yang memiliki nilai rata-rata Mata Pelajaran Program Ilmu Pengetahuan Sosial yang terendah, diukur dari bawah ke atas. Sama halnya dengan nilai Mata Pelajaran Ekonomi, secara umum kelas ini belum mampu memiliki nilai optimal” (Surya S.Pd, Guru Ekonomi, 19 Januari 2009).

Hal senada juga dijelaskan Hesti, S.Pd :

Saya akui memang Kelas XI IPS2, agak lambat bisa memahami materi pelajaran Matematika, jika dibandingkan dengan kelas XI IPS1. Mereka dalam kelas selalu kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Apalagi belajar sore hari mereka senantiasa mengantuk dan kurang semangat. Agar mereka mengerti saya harus menjelaskan secara berulang-ulang. Anehnya jika ditanya, ‘sudah faham?’, mereka jawab ‘sudah’. Tetapi ketika diperintahkan membahas atau mengerjakan soal Matematika yang baru dijelaskan, sebagian  mereka cenderung tidak bisa mengerjakan dengan sempurna. Dan diminta bertanya yang tidak mengerti, pun mereka enggan bertanya. Akhirnya hasil evaluasinya pun belum memuaskan, berbeda dengan kelas XI IPS1 sudah cukup baik” (Hesti, S.Pd, Guru Matematika, 19 Januari 2009).

Dari penejelasan Surya S.Pd dan Hesti, S.Pd ini dapat dilihat bahwa Kelas XI IPS2 adalah kelompok belajar siswa yang memiliki kemampuan daya serap agak rendah dalam menerima pelajaran. Dan hasil evaluasi belajar mereka juga di bawah nilai rekan-rekan mereka yang duduk di kelas XI IPS1. Hal ini memang menjadi program SMA Titian Teras setiap semester mengelompokkan siswa dalam kelopok belajar berdasarkan rangking (nilai) raport yang mereka terima di akhir semester.

Dari segi minat (semangat) belajar, peneliti telah menanyakan kepada Yuni, S.Psi, “Sejauh mana minat atau semangat  Kelas XI IPS2 dalam mengikuti pelajaran di sekolah?“ Ibu Yuni menjelaskan:

“Siswa SMA Titian Teras Kelas XI IPS2 adalah kelas yang paling rendah semangat atau minat belajarnya jika dibanding dengan lima kelompok belajar kelas XI  yang ada di sekolah ini, (tiga kelas XI IPA dan dua kelas XI IPS). Menurut pshikologi yang saya ketahui, secara umum anak-anak yang memiliki kecerdasan lebih tinggi senantiasa diiringi oleh unsur yang melekat pada jiwa  si anak untuk  tekun dalam mencari hal-hal yang baru, termasuk pelajaran di sekolah. Artinya semangat belajar mereka tinggi. Dan anak-anak yang daya nalarnya kurang mampu biasanya diikuti pula dengan sifat pasif atau malas. Dalam hal ini artinya minat atau semangat belajar anak itu kurang. Walau ini tidak disifati oleh semua manusia, dan jika dibimbing secara tepat bisa diperbaiki.  Nah, kelas XI IPS2 adalah anak-anak yang tidak terjaring dalam Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang mana sebagian besar dari mereka sesungguhnya ingin berada di kelas IPA. Tetapi daya pikir (otak) mereka tidak memiliki kemampuan menuju ke arah sana. Akhirnya mereka harus rela berada di kelas IPS. Dan diperparah lagi mereka sekarang berada di kelas XI IPS2, sebagai kelas nilai raport terendah pada saat mereka berada di semester ganjil yang diseleksi oleh pikak sekolah. Maka saya katakan kelas ini adalah kelas yang paling rendah minat atau semangat belajarnya di Kelas XI, tentunya khusus di SMA Titian teras ini.” (Yuni S. Psi, 20 Januari 2009).

May Yeni, Guru Georafi juga menuturkan :

“Dari segi kedisiplinan dalam melaksanakan tugas belajar di antara kelas XI baik Program IPA atau IPS, maka yang paling kurang disiplin adalah kelas XI IPS2. Sering batas waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan tugas belajar, mereka belum siap dan minta diulur waktu. Ini artinya kedisiplinan dan perhatian mereka dalam belajar masih kurang. Dan ini juga diakui oleh pamong-pamong yang lain.” (May Yeni, S. Pd, Guru Geografi, 20 Januari 2009).

Dari keterangan-keterangan di atas tergambarlah bahwa siswa kelas XI IPS2 secara umum memang memiliki daya nalar rendah dalam menerima pelajaran di kelas. Selain itu minat dan semangat mereka juga kurang, tentunya berakibat minimnya nilai evaluasi yang mereka peroleh di akhir semester. Inilah yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran di kelas XI IPS2, tentunya sangat menarik dijadikan obyek penelitian.

  1. 2.      Siswa Kelas XI IPS2 di Mata Siswa

Siswa kelas XI IPS2 dimata teman-temannya juga cenderung mengarah kecuekan dalam belajar. Salah seorang siswa Kelas XI IPA1, Ogin Adiguna, misalnya menjelaskan :

Mereka itu selalu santai, baik saat dalam kelas maupun ketika berada di asrama. Bahkan dalam suasana menghadapi ujian saja, apakah itu Ujian Harian (UH), Ujian Mid Semester atau Ujian Semester sekalipun, mereka ‘enjoi’ seakan-akan tidak memiliki beban. Saya rasakan berbeda dengan siswa yang berada di Program IPA.” (Ogin Adiguna, Siswa SMA TT, 21 Januari 2009).

Pengakuan dari siswa kelas XI IPS2 itu sendiri mengatakan bahwa memang bawaan diri sendirilah seperti itu. Nandang Pambudi, salah seorang dari mereka saat menjawab wawancar  mengatakan:

“Daya pikir kami sudah sebatas itu. Walaupun kami tekun, giat dan rajin belajar tetapi tidak membawa perubahan yang besar. Maka kelompok kami kelas XI IPS2, di mata kami sendiri memang seperti inilah adanya, sementara di mata bapak dan ibu pamong (guru) kami mungkin dianggap sebagai anak pemalas. Padahal begitulah kami. Sekali lagi walau kami giat, tekun dan rajin tetap hasil evaluasi kami ya, segitu-gitu saja.” (Nandang Pambudi, Siswa kelas XI IPS2, 21 Januari 2009).

Mendengar pengakuan ini seorang guru tentunya tidak bisa diam, tetapi harus mencari cara agar mereka tidak berlarut-laraut dalam kondisi seperti itu. Padahal apa yang dikatakan Yuni, Guru Bimbingan Konseling (BK) bahwa jika pembinaan yang tepat dan terus menerus maka kemampuan daya pikir seorang anak bisa berubah ke arah positif.

Begitulah gambaran umum obyek penelitian ini dilakukan.

  • Prosedur Penelitian

 

  1. 1.  Gambaran Umum Tentang Penelitian

 

Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam mencari, mengolah dan mengembangkan bahan ajar tanpa mengenyampingkan kontrol dan pengarahan dari guru tentang materi yang akan disampaikan. Maka tahapannya meliputi (1) Rencana Tindakan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan (4) Refleksi untuk merumuskan implikasi hasil penelitian tersebut.

  1. 2.  Rincian Tindakan

 

  1. Persiapan Tindakan

 

Sebelum mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) langkah awal adalah menentukan kelompok belajar yang akan diteliti, menetapkan materi pembelajaran, menetapkan waktu yang sesuai, menjelaskan materi yang akan dipresentasekan, menyiapkan perangkat pembelajaran, pelaksanaan hingga mengadakan evaluasi sebagai hasil pembelajaran tersebut.

  1. Implementasi Tindakan

 

Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :

v  Menyampaikan Pembelajaran yang akan disampaikan oleh siswa.

v  Menjelaskan materi yang akan disampaikan, dengan metode ceramah bervariasi dan demontrasi, hanya sebagai contoh.

v  Menyampaikan informasi yang telah dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran, setelah melakukan presentase.

v  Setelah selesai mempresentasekan kelompok pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, menanggapi, kritik atau saran.

v  Memberi kesempatan kepada penyaji untuk menjawab segala pertanyaan dan dilemparkan kepada kelompok lain jika penjelasan kurang memadai.

v  Memberi tugas tambahan sebagai pendalaman materi

v  Dan terakhir mengadakan evaluasi untuk memantau hasil penelitian ini.

Untuk mendapatkan hasil dari apa yang diharapkan, penelitian ini dilakukan dengan dua siklus.

SIKLUS I

  • Mengarahkan kepada siswa untuk mencari bahan ajar yang sesuai dengan Materi Pembelajaran yang diteliti, dalam hal ini Aspek Al-Qur’an “Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup,” dari berbagai sumber.
  • Mengarahkan siswa mengatur susunan materi pembelajaran, dari hal yang pokok sampai kepada uraian.
  • Mengarahkan siswa membuat bahan ajar dalam bentuk power point secara singkat, padat dan tepat sehingga tidak mengimpang dari tuntutan Kompetensi Dasar dimaksud.

SIKLUS II

  • Mempersilahkan siswa menyampaiakn bahan ajar dalam bentuk power point yang mereka kerjakan secara berkelompok, di depan kelas.
  • Mempersilahkan kepada kelompok penyaji untuk memberi kesempatan kepada kelompok-kelompok lain untuk bertanya, menyanggah atau menyampaikan pendapat (komentar) tentangan penjelasan yang telah disampaikan.
  • Selalu menyimak gerak-gerik siswa, baik kelompok penyaji materi maupun kelompok-kelompok pendengar.

Dari hasil pelaksanaan kedua siklus ini akan tergambar sejauh mana kemampuan siswa dalam mencari dan mengolah bahan ajar, serta sejauh mana kemampuan siswa berinteraksi dengan teman-temannya di depan kelas sebagai upaya menstransfer ilmu kepada orang kain sebagimana layaknya seorang guru.

  • Kriteria Hasil Penelitian

 

Adapun kriteria hasil penelitian ini adalah penarikan suatu kesimpulan. Apakah dengan menggunakan metode pengajaran seperti ini akan memacu semangat dan minat belajar siswa dalam kelas. Maka dapat ditarik kesimpulan :

v  Pada saat pembelajaran dilaksanakan seluruh siswa bisa mengikuti jalannya presentase dengan baik dan kesempatan tanya jawab yang diberikan ternyata diikuti oleh siswa dengan sangat antusias.

v  Hasil jawaban evaluasi sangat berkembang dan tidak selalu mirip dengan teks book yang siswa miliki, dipengaruhi oleh sajian materi yang bervariasi.

v  Memacu siswa untuk mempelajari lebih awal materi yang akan disajikan karena tertantang untuk mengajukan pertanyaan atau jawaban yang berbobot atau memberi sanggahan atas pernyataan yang kurang memuaskan.

v  Secara umum evaluasi baik, sebagai pertanda siswa mampu menyerap penjelasan dari teman sejawatnya dengan menggunakan Power Point.

 

 

 

 

 

 

BAB IV

 

LAPORAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN

 

  1. A.    Penyusunan Program Pembelajaran

 

Ilmu Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sudah dikuasai oleh siswa SMA Titian Teras, baik kelas XI IPA maupun XI IPS adalah sebagai alasan bagi peneliti bahwa siswa akan mampu mengaplikasikan disiplin ilmu ini dalam lingkungan kelas mereka sendiri. Dan apabila siswa mampu menerapkan ilmu yang baru mereka peroleh maka kebanggaan akan muncul dalam dirinya sendiri. Bahkan akan lebih melekat dalam jiwanya. Dan rasa bangga itu kemudian akan memacu diri untuk selalu kreatif dan inovatif dalam mengolah kata-kata menjadi kalimat yang tersusun dalam bentuk Power Point. Tentu sebelum menyusun kalimat-kalimat, siswa akan mencari materi, membaca berulang-ulang untuk membuat kesimpulan akhir. Di sini sudah jelas akan berpengaruh positif terhadap siswa, mereka akan menjadi lebih faham dan mengerti. Karena tidak mungkin berani mempresentasekan sesuatu tanpa mereka kuasai dan pahami terlebih dahulu.

Kemudian proses pembelajaran yang menggunakan media komputer merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk memahami pelajaran lebih fokus, mudah dan cepat merespon dari apa yang disajikan. Apalagi pembelajaran itu disampaikan oleh teman sebaya mereka, yang barangkali sudah jenuh atau bosan dengan metode belajar yang disampaikan oleh guru di depan kelas.

Dengan pendekatan seperti ini diharapkan akan mampu menciptakan kemampuan berpikir, aktivitas, kreatif dan motivasi siswa sehingga pembelajaran jadi asyik dan menyenangkan. Melalui media Power Point hasil karya siswa maka tersusunlah program pembelajaran yang unik dan menarik, karena langsung melibatkan siswa itu sendiri.

Sebagai bukti efektivitas metode pembelajaran dengan Media Power Point oleh siswa, maka dilakukanlah penelitian. Penelitian yang digunakan berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melibatkan siswa secara langsung dengan judul materi “Memelihara Kelestarian Lingkungan Hidup”.

 

Objek penelitian ini adalah siswa SMA Titian Teras Jambi Kelas XI IPS 2 Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009, berjumlah 30 siswa, 18  putra dan 12  putri. Mereka sangat kompetitif karena terwakili hampir seluruh Daerah Tingkat II se-Provinsi Jambi.

Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 5 Januari sampai 5 Pebruari 2009.

  1. B.     Pembagian Kelompok dan Materi

Langkah pertama, tiap-tiap kelompok belajar (kelas) yang ada, baik Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) maupun Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan program-program lainnya dibagi menjadi lima kelompok, secara acak. Hal ini di sesuaikan dengan aspek materi yang dipelajari dalam Pendidikan Agama Islam kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) pada semester genab mencakup aspek Al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Fiqh dan Tarikh.

Di SMA Titian Teras Provinsi Jambi Tahun Pelajaran 2008/2009 kelas XI Semester Genab terdidiri dari tiga kelompok belajar Program IPA dan dua kelompok belajar Program IPS. Kelas XI IPA1 berjumlah 31 siswa, masing-masing kelompok berjumlah 6-6-6-6-5 siswa, Kelas XI IPA2 berjumlah 32 siswa masing-masing kelompok berjumlah 6-6-7-6-6, Kelas XI IPA3 berjumlah 32 siswa masing-masing kelompok berjumlah 7-6-6-6-6, Kelas XI IPS1 berjumlah 31 siswa masing-masing kelompok berjumlah 6-6-6-6-6, dan Kelas XI IPS2 berjumlah 30 siswa masing-masing kelompok berjumlah 6-6-6-5-7.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada kelas XI IPS 2 yang disinyalir sebagai kelas yang mudah berubah hasil akademiknya dan  tergantung pada metode pembelajaran yang disampaikan guru.

Kelompok-kelompok yang sudah terbentuk dipersilahkan untuk memilih ketua sebagai penanggungjawab atau penkoordinir kerja kelompok masing-masing, sesuai dengan materi yang akan disajikan. Saat memilih anggota kelompok guru yang mengatur strategi pemilihannya. Tetapi ketika memilih ketua kelompok diberikan kesempatan sepenuhnya kepada siswa.

Seacara otomatis cara hal ini telah menanamkan sikap kepada siswa untuk mengaplikasikan dalam kehidupan lingkup kecil agar terbiasa bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu permasalahan, yang juga materi ini pernah mereka peroleh pada semester sebelumnya.

Kemudian masing-masing ketua kelompok dipersilahkan untuk mencabut undian materi yang telah dipersiapkan sesuai dengan kelima aspek tadi. Maka diperoleh hasilnya, yang memilih Aspek Al-Qur’an dijadikan Kelompok Pertama sekaligus penyaji pertama, yang memilih Aspek Aqidah dijadikan Kelompok Kedua, sebagai penyaji kedua, yang memilih Aspek Akhlak dijadikan kelompok Ketiga, sebagai penyaji ketiga, yang memilih Aspek Fiqh dijadikan Kelompok Keempat, sebagai penyaji keempat, yang memilih Aspek Tarikh dijadikan Kelompok Kelima dan sebagai penyaji kelima atau terakhir.

Maka terbentuklah sudah kelompok dengan materi masing-masing. Seterusnya guru hanya menyampaikan materi-materi utama yang harus dimasukkan dalam penyajian, menyebutkan sumber, baik berupa buku, majalah, surat kabar, internet dan sebagainya serta diberikan keleluasaan untuk mengembangkan materi.

  1. C.    Penyampaian Materi (Presentase) Kelompok

Setelah beberapa hari yang ditentukan persiapan kelompok pertama sekaligus sebagai penyaji pertama, Aspek Al-Qur’an, dengan tema “Melestarikan Lingkungan Hidup,” pun tiba masanya untuk melaksanakan tugas. Sebelum mempersilahkan kepada kelmopok penyaji, seluruh siswa yang mengikuti pelajaran saat itu diharuskan duduk per kelompok masing-masing. Mereka dituntut untuk menyimak dengan baik jalannya presentase, karena setelah selesai dipresentasekan akan diberi kesempatan tanya-jawab.

Guru jangan segan-segan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam diskusi, dalam bentuk bertanya, menyanggah, memberi kritik atau saran. Setelah diamati maka akan terlihat ada siswa yang aktif dan tidak. Untuk memancing agar mereka aktif pada pertemuan berikutnya maka boleh-boleh saja guru mengumumkan siswa-siswa yang aktif dengan bonus nilai tertentu, tentunya diakhir pembelajaran.

Penyampaian Materi dibuka oleh juru bicara dengan kata pembuka ucapan basmalah, Puji-pujian kepada Sang Pencipta Alam Semesta, Salawat dan Salam kepada Junjungan Nabi muhammad SAW kemudian masuk ke inti permasalahan.

  1. D.    Saat Presentase Berlangsung

 

Karena persiapan yang cukup matang dan kerja sama kelompok yang diperintahkan selalu kompak, terlihat proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa dengan media power point di depan kelas berjalan dengan baik dan lancar.

Layar-layar power point satu demi satu yang dimunculkan  kelompok penyaji menampakkan kemampuan siswa SMA Titian Teras Kelas XI IPS 2 cukup handal dalam mengolah power point yang dipadukan dengan materi bahan ajar Pendidikan Agama Islam yang telah ditugaskan kepada mereka. Juga penguasaan materi sangat baik dan matang terbukti dalam menyampaikan penjelasan, mereka tidak terpaku pada kalimat-kalimat yang tertera di layar monitor. Cenderung berhadapan pada teman-teman mereka dan mampu menyusun kata-kata, intonasi biacara yang bervariatif dan tidak kaku saat berada di depan audience (walau teman mereka sendiri). Dan penjelasan demi penjelasan dilakukan secara bergantian, sesuai dengan perencanaan yang mereka rancang sebelumnya.

Kelompok-kelompok lain sebagai pendengar juga mengikuti dengan seksama karena mereka akan tertantang untuk mengajukan pertanyaan dan penyanggahan kepada kelompok penyaji di akhir presentase. Tanpa menguasai materi, mereka tidak akan memiliki pertanyaan yang berbobot untuk diajukan. Dan hadiah nilai oleh guru tidak semua pertanyaan, tetapi hanya pertanyaan-pertanyaan yang berbobot, menyangkut materi, singkat dan jelas, maka bobot nilai yang mereka peroleh juga akan berbeda sesuai dengan kadar pertanyaan yang diajukan.

  1. E.     Proses Tanya-Jawab

Setelah selesai presentase, kelompok penyaji mempersilahkan bertanya kepada kelompok-kelompok pendengar. Jumlah yang mengajukan pertanyaan tergantung waktu yang tersisa. Dan sekitar 10–15 menit sebelum bell berakhir guru diberi waktu untuk mengomentari hasil diskusi.

Hasil pengamatan peneliti, forum tanya jawab ini juga sangat hidup. Siswa berlomba-lomba mengajukan pertanyaan, takut tidak kebagian waktu. Materi pertanyaan juga berkembang, mengarah kepada pengembangan isi materi, bahkan kadang-kadang melenceng dari permasalahan yang dibahas. Kalau sudah begitu guru harus selalu memonitor agar jangan terlalu jauh menyimpang. Setiap pertanyaan yang diajukan kelompok penyaji berusaha memberi jawaban semaksimal mungkin tentunya sekemampuan yang mereka miliki. Jika jawaban kurang jelas maka siswa lain sebagai pendengar juga diperkenankan untuk membantu memberi penjelasan. Dan jika juga kurang jelas, gurulah menjelaskan pada saat akhir pertemuan.

Akhirnya proses tanya-jawab berjalan baik, suasana kelas  menhjadi hidup, siswa mengikuti dengan serius dan semangat serta timbul semangat untuk menguasai materi yang akan disajikan berikutnya. Jika waktu tersisa hanya tinggal sekitar 10-15 menit, diskusi harus ditutup karena giliran guru yang akan memberi komentar, hasil diskusi.

  1. F.     Tugas Guru di Akhir Pembelajaran

 

Tugas terakhir guru pada metode pembelajaran oleh siswa dengan media power point ini adalah memberikan komentar, hasil presentase kelompok penyaji dan tanggapan-tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang telah muncul.

Pertama menyampaikan pujian, sebagai pemacu semangat dan penghargaan kepada siswa yang telah melaksanakan tugas dengan baik. Menyampaiakn kelebihan dan kekurangan yang perlu diperbaiki dimasa yang akan datang, materi-materi yang  belum memenuhi standar, cara penyampaian di depan kelas, bentuk power point, sampai kepada cara memberi jawaban atau tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang lain.

Kepada seluruh siswa diingatkan agar kembali mendalami materi yang telah disajikan, dipadu dengan buku-buku Pendidikan Agama Islam Kelas XI SMA yang  ada, atau materi-materi lain yang relevansi dengan judul. Jika waktu berakhir pembelajaran pun ditutup dengan ucapan hamdalah.

  1. G.    Komentar-Komentar Siswa Kelas XI IPS2

 

Di penghujung Laporan Kegiatan Penelitian ini, dikemukakan komentar-komentar siswa kelas XI IPS2 sebagai gambaran hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan. Di antara komentar tesebut adalah sebagai berikut:

  1. Wilda Turachmi

“Saya sangat setuju cara belajar dengan menggunakan computer yang di pancarkan ke layar monitor. Karena pikiran dan pandangan mata bisa terpokus pada slide-slide yang terpampang di depan. Lagi pula dari dulu kami sudah bosan belajar dengan cara guru menulis di papan tulis, kadang mencatat apa yang didiktekan lalu diterangkan. Dan lebih menarik lagi jika yang mencari materi pelajaran itu siswa sendiri. Lalu membuat slaide-slide ke dalam power point dan menjelaskan di depan teman-teman sekelas. Ada tantangan dan berkesempatan untuk menerapkan ilmu ICT yang kami dapatkan di SMA Titian Teras ini.” (Wilda Turachmi, Siswi Kelas XI IPS2, 28 Januari 2009).

  1. Edo Harman

“Cara belajar dengan menjelaskan hasil pemikiran sendiri dalam bentuk power point itu sangat menarik bagi saya. Dan memotivasi diri kami sebagai siswa untuk mencari bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di berbagai media, seperti buku pelajaran, buku-buku umum bahkan di internet, sebagai pendalaman materi. Karena tanpa banyak persiapan, kami khawatir tidak bisa menjawab pertanyaan teman-teman saat kami menjadi kelompok penyaji.  Malu dan bisa mendapatkan nilai rendah dari guru pembimbing.” (Edo Harman, Siswa Kelas XI IPS2, 28 Januari 2009).

  1. Wendra

“Metode belajar dengan melihat, mendengar dan menyimak dari kelompok teman sekelas merupakan hal yang menyenangkan. Apalagi dengan computer (power point). Karena tidak tergantung sepenuhnya kepada guru. Kita mencari, mengolah dan menyajikan. Otomatis memacu diri untuk menguasai materi. Kelompok-kelompok pendengar pun akan terpacu untuk membaca materi karena diberi kesempatan untuk bertanya, menyangggah dan membantu penjelasan yang masih kurang.” (Wendra, siswa Kelas XI IPS2, 28 Januari 2009).

  1. Yoza Dermawan S

“Dengan mendengarkan kawan-kawan menjelaskan di depan kelas, menghilkangkan rasa kantuk dan kejenuhan. Karena caranya macam-macam, ada yang gagap, terbata-bata (tidak lancar), hanya mebaca layar monitor saja, lucu dan sebagainya. Dengan variasi seperti ini rasa kosentrasi lebih fokus. Dan kelompok penyaji berikutnya bisa mempersiapkan diri lebih bagus lagi berdasarkan pengalaman bagaimana cara  kelompok terdahulu menyampaikan materi.” (Yoza Dermawan S, siswa kelas XI IPS2, 28 Januari 2009).

Begitulah komentar-komentar siswa kelas XI IPS2 setelah mereka melakukan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan melibatkan siswa mencari dan menyajikan materi pembelajaran melalui program power point.

BAB  V

PENUTUP

  1. A.    Kesimpulan

 

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan disimpulakan.

  1. Dengan menggunakan media pembelajaran komputer (power point) yang ditugaskan kepada siswa ternyata dapat memacu minat belajar siswa ke arah yang lebih baik
  2. Dengan menggunakan media pembelajaran komputer (power point) yang ditugaskan kepada siswa untuk mempresentasekan di depan kelas secara bergiliran, sangat efektif melatih siswa untuk mampu berbicara di depan forum secara sistematis dan terencana.
  3. Dengan menggunakan media pemebelajaran komputer (power point) oleh siswa ternyata secara tidak langsung memotivasi siswa untuk kreatif menggunakan teknologi canggih dalam  kehidupan mereka, terutama pembekalan diri untuk melangkah ke dunia pendidikan lebih tinggi.
  4. Dengan menggunakan media pembelajaran komputer (power point) oleh siswa, materi pembelajaran dan bahan ajar sangat berkembang dan bervariatif, sehingga wawasan siswa juga turut berkembang.
  1. B.     Saran-saran

 

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan ini, ada bebarapa saran yang perlu disampaikan.

  1. Bagi sekolah yang telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan proses pembelajaran dengan media komputer (power point) dan didukung oleh kemampuan siswa yang memadai pula, sudah saatnya untuk melakukan hal seperti Penelitian Tindakan Kelas yang telah peneliti lakukan.
  2. Bukan hanya guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam saja, semua pengampu Mata Pelajaran di sekolah bisa melakukan hal serupa, demi meningkatkan minat belajar siswa yang kadang-kadang mengalami kejenuhan.
  3. Siswa sangat ambisius dan bersemangat tinggi, jika melibatkan mereka dalam hal pengembangan proses pembelajaran, asal sesuai dengan metode-metode yang disampaikan. Apalagi dengan media komputer yang sedang asyik-asyiknya mereka tekuni.
  4. Terima kasih semoga bermanfaat.

 

 

 

 

LITERATUR

Depatemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 1993, Jakarta

Abdul razak, Kupas Tuntas Microsoft Office, 2004

Budi Permana, Inspirasi Inisiatif Pembelajaran Berbasis Multi Media, 2007

Depdiknas, Bahan Materi Bimbingan Teknis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

                 Untuk Sekolah Menengah Atas, 2008, Jakarta

Depdiknas, Kurikulum 2004 Pusat Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Jakarta

Depdiknas, Pengembangan Bahan Ajar dan Ujian Berbasis TIK, 2007

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mihsbah, Pesan, Kesan  dan Keserasian Al-Qur’an,

2006, Jakarta

Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 2005, Jakarta

Syamsuri, Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas XI, 2004, Jakarta

Tim Cendikia, Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas XI, 2004, Jakarta

Thoifuri, Suci Rahayu, Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas XI, 2007, Jakarta

 

 

Tinggalkan komentar