RSS

Nikmat Kemerdekaan

Oleh SALWINSAH
Dengan kemerdekaan kita bisa melakukan apapun untuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana dalam segala hal, terutama ibadah kepada Allah SWT. Bermodal kemerdekaan kita bisa menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, bisa meraih ilmu setinggi-tingginya melalui pendidikan, hingga bersanding dengan negara maju sekalipun yang ada di permukaan bumi ini. Maka tanggal 17 Agustus yang tinggal 2 hari lagi, merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Segenap komponen bangsa merayakan kemenangan dan kemerdekaan itu setelah ratusan tahun lamanya hidup dibawah bayang-bayang intimidasi dan kezaliman para zionis. Adalah wajar, jika kemenangan ini disambut dengan luapan kegembiraan yang gegap gempita, seraya mengumandangkan kalimat tahmid, memuji dan mensyukuri karunia Allah SWT yang terbesar bagi bangsa kita, Republik Indonesia.
Sesungguhnya kehadiran Islam telah membawa misi kemerdekaan dan kebebasan serta ingin mengantarkan segenap manusia kembali kepada fitrah mereka yang suci. Misi kemerdekaan dan kebebasan yang diperjuangkan oleh Islam merupakan inti dari idiologi yang benar yaitu “Tahrirul ibad min ibaadatil ibaad ilaa ibaadati rabbil ibad“, membebaskan manusia dari penghambaan dan belenggu, memerdekakan diri dari ketergantungan kepada sesama manusia menuju penghambaan dan pengabdian yang totalitas kepada Tuhan sang pencipta alam jagad. Sebagaimana Allah SWT menyebutkan di dalam surat Ibrahim ayat 1-2.
Artinya : “Alif, laam raa. (Ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (Yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Allah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.”
Pembebasan dan kebebesan yang diinginkan oleh Islam bukan hanya terbatas pada kebebasan dari belenggu fisik semata, tapi lebih dari itu adalah kebebasan dari belenggu dan ketergantungan kepada selain Allah SWT dalam berbagai bentuk dan modusnya:
1. Kebebasan dan pembebasan diri manusia dari belenggu hawa nafsu yang sering kali menjerumuskan seseorang ke dalam sifat hewaniah bahkan sifat syaithaniah. Sehingga Allah SWT mengecam sifat ini dalam salah satu firman-Nya,
“Terangkanlah kepada Ku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”
2. Pembebasan diri dan bangsa dari belenggu prilaku dan akhlak madzmumah, akhlak yang tercela yang sekarang ini menjadi tontotan, bahkan tuntunan bagi masyarakat Indonesia. Betapa informasi dan pemebritaan di media elektronik dan cetak hari ini sangat mengkhawatirkan masa depan generasi bangsa, yang akan meneruskan estafeta perjuangan para pahlawan yang telah rela mengorbankan harta, tenaga bahkan jiwa mereka untuk kedamain dan kesejahteraan para penerusnya.
Bukankah pepatah Arab telah mengingatkan kepada kita akan pentingnya akhlak dalam membangun dan mempetahankan eksistensi sebuah bangsa “Sesungguhnya jati diri dan eksistrensi sebuah umat sangat ditentukan dan tergantung kepada akhlaknya, jika akhlak mereka rusak maka bangsa itu akan segera menemui kehancuran dan terus menerus berada dalam keterpurukan “.
3. Pembebasan diri dan bangsa dari budaya dan pandangan hidup hedonisme yang mengarah kepada semata-mata memburu kenikmatan duniawi sesaat secara berlebih-lebihan yang akhiranya akan melahirkan budaya persimifisme, yaitu budaya serba boleh (H3 Haram, Halal, Hantam). Mereka menuntut diilegalkannya praktek prostitusi, seks bebas, dan praktek kemaksiatan yang lainnya atas nama hak asasi manusia, yang akhirnya menghalalkan aborsi dengan alasan yang tidak agamis, sampai-sampai melupakan hak asasi milik Allah SWT.
Dalam kondisi semacam ini biasanya segala aktifitas kebaikan, segala bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar akan dianggap sebagai penyakit, dianggap sebagai hama yang harus segera dibasmi seperti yang dikatakan oleh kaum nabi Luth terhadap nabi mereka. Mereka mengatakan dengan budaya dan cara pandang hedonisme mereka, dengan budaya dan cara pandang persimifisme mereka.
Artinya : “Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan : “ usirlah nabi Luth beserta keluarganya dari negeri ini karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang mengaku dirinya bersih dan suci.” (QS. An Naml : 56).
4. Pembebasan diri dan umat dari praktek syirik dalam segala bentuknya, sehingga seperti yang dikhawatirkan oleh Imam Ali karamallahu wajhah tentang kondisi sebuah umat yang tidak ada nilai dan tidak ada harganya di mata Allah dan juga dimata manusia. Imam Ali menyebutkan “Akan datang atas manusia suatu zaman semangat mereka hanya berada disekitar perut mereka, kemuliaan mereka sangat tergantung kepada benda-benda fisik semata, jidat mereka ada pada perempuan-perempuan, agama mereka ada pada urusan dinar dan dirham. Mereka itulah orang-orang yang paling jahat dan tidak ada nilainya di sisi Allah SWT “.
Inilah yang dikhawatirklan oleh Imam Ali, manakala nilai dan semangat kemerdekaan ini tidak diisi dengan rasa syukur yang mendalam untuk memberdayakan, mendayagunakan segala kemampuan yang kita miliki, segala potensi yang dimiliki untuk mengharapkan ridho Allah SWT.
Merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan sumbangan para Ulama, peran dan sumbangan para pahlawan serta umat Islam begitu besar dan menentukan dalam perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah dan meraih kemerdekaan. Betapa konstribusi mereka yang sangat bernilai dimata bangsa ini harus senantiasa dijadikan suatu semangat untuk mengukir prestasi sebagai bentuk relisasi dari rasa syukur kepada Allah SWT.
Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan para pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya.
Semoga dengan keberkahan dan rahmat Allah SWT, bangsa ini segera terbebas dari segala bentuk ujian dan bencana yang menimpa, baik ujian secara fisik materil maupun ujian secara akhlak dan moral, karena itu merupakan ujian yang sangat besar bagi bangsa ini.
Keberkahan dan Rahmat Allah SWT di Hari Kemerdekaan RI ke 69 ini, mudah-mudahan senantiasa mewarnai kehidupan bangsa kita dari keterpurukan moralitas, hidup yang jauh dari hidayah Allah SWT. Semoga bangsa kita mampu melerai perselisihan hasil Pilpres penuh keadilan para hakim di MK dan DKPP dalam limpahan petunjuk dan bimbingan Allah SWT, sehingga nanti lahirlah pemimpin kita yang benar-benar mencintai dan dicintai rakyatnya.
Berkat Rahmat Allah jualah bangsa ini merdeka, dan di bawah Rahmat-Nya pulalah kita bisa mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bishshawab.

 

Tinggalkan komentar