RSS

Ibarat Katak Dalam Tempurung (Kilas Balik International Conference On Educatioan)

Ibarat Katak Dalam Tempurung
(Kilas Balik International Conference On Educatioan)

Oleh Salwinsah

UJI Kompetensi Awal (UKA), 281.016 orang guru se-Indonesia tahun 2012 yang dilaksanakan bulan Februari 2012, telah final. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan nilai rata-rata 50,1 didaulat sebagai provinsi UKA tertinggi. Mendikbud Mohammad Nuh membeberkan, setelah DIY, posisi 10 besar provinsi dengan nilai rata-rata tertinggi disusul oleh DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1) dan Banten (41,1). Hasil tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai terendah adalah 1,0. Berdasarkan itu, dalam perhitungan Kemdikbud, hasil rata-rata nasional UKA 2012 adalah 42,25 yang mencakup seluruh peserta dari jenjang TK sampai jenjang SMA.

“Itu yang tertinggi dan dengan berat hati, saya harus menyebutkan bahwa lima provinsi yang memperoleh nilai rata-rata terendah, adalah Maluku (34,5), Maluku Utara (34,8), Kalimantan Barat (35,40), Kalimantan Tengah (35,5), dan Jambi (35,7),” kata Nuh kepada para wartawan, di gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (16/3/2012).

Nuh menyimpulkan bahwa distribusi nilai UKA 2012 perlu dirancang secara khusus untuk pendidikan dan latihan guru dalam rangka sertifikasi serta perencanaan yang matang. “Yakni, mulai dari metodologi dan materi agar kompetensi guru setelah mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) memperoleh hasil yang signifikan,” tukasnya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi guru untuk mengikuti UKA. Misalnya memiliki kualifikasi akademik S1/D4. Bagi guru yang belum memiliki kualifikasi tersebut (lulusan pendidikan menengah) tetap bisa mengikuti UKA asalkan pada 1 Januari 2012 usianya telah memasuki 50 tahun dengan masa kerja sebagai guru minimal 20 tahun.

UKA 2012 bertujuan untuk melakukan pemetaan, seleksi kelayakan, dan sebagai tiket masuk ke proses selanjutnya sebelum dinyatakan sebagai guru profesional dan berhak mendapatkan tunjangan profesi. Karena untuk mendapatkan tunjangan profesi, masing-masing guru harus melewati UKA, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), dan Uji Kompetensi Akhir.

Provinsi Jambi kembali harus gigit jari karena pada evaluasi bidang ini berada pada rangking lima papan bawah. Padahal Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi, Ir. Syahrasaddin, M.Si, dalam sambutan pembukaan International Conference On Educatioan, di SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti (SMAN TITAS), yang dibacakan oleh Ir. Irmansyah Rachman, Staf Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Senin 19 Maret 2012 lalu, membeberkan kualifikasi guru di Provinsi Jambi, “Guru SD dari 28.701 orang, telah berkualifikasi D-IV/S-1 mencapai 47,78 persen, guru SMP dari 9.249 orang, telah berkualifikasi D-IV/S-1 mencapai 85,45 persen, guru SMA dari 4.962 orang telah berkualifikasi D-IV/S-1 mencapai 96,57 persen dan guru SMK dari 2.373 orang telah memiliki kualifikasi D-IV/S-1 mencapai 88,49 persen.”

Bahkan upaya Pemerintah Provinsi Jambi demi percepatan pembangunan SDM, memberikan bea siswa untuk jenjang S-2 dan S-3. Pada jenjang S-3 telah disediakan anggaran bea siswa sebanyak 62 orang pertahun dan jumlah ini akan meningkat lagi dengan adanya kerja sama antara Pemda Provinsi Jambi dengan Bappenas yang memberikan dukungan melalui Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Bappenas, ujarnya melanjutkan.

Melihat kenyataan kualitas para pendidik Provinsi Jambi yang sangat rendah pada UKA tahun 2012 ini semua kita turut prihatin. Tidak ada cari lain, semua kita, terutama motivasi dari pemerintah, segera berbenah diri agar evaluasi-evaluasi berikutnya dalam bidang pendidikan kita tidak lagi ketinggalan kereta api. Program-program yang telah dicanangkan secara matang mari kita implementasikan pada rel yang sudah ada, secara baik dan transfaran.

Benar kata Syahrasaddin, “Dalam rangka penyediaan guru yang berkualitas, di samping dukungan pemerintah, kita juga berupaya untuk meningkatkan kualitas guru-guru di berbagai jenjang pendidikan. Selain itu kita memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi melalui pelatihan ke luar negeri.”

Karena itu ia memberikan apresiasi atas penyelenggaraan International Conference On Educatioan, Teacher Certification, Bilingual Policy and The Quality Of Education’ di SMAN TITAS. Ini suatu bukti nyata bahwa SMAN TITAS dan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi telah dapat mengembangkan jaringan kerja sama dengan berbagai pihak, khususnya luar negeri. Jaringan kerja sama (networking) merupakan salah satu kunci sukses dalam menghadapi tantangan era globalisasi masa depan. Kerja sama internasional ini juga penting karena merupakan salah satu syarat bagi sekolah berstandar internasioanal.

Seminar internasional menghadirkan pembicara asal Filipina, Prof. Dr. Soledad M. Roguel, Prof. Dr. Estefania W. Kollin dan Dr. Danilo S Vargas, setidak-tidaknya menyadarkan para pendidik di Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, bahwa kita ibarat katak dalam tempurung.

(Salwinsah Guru SMA Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti, Mahasiswa PPs IAIN STS Jambi)

 

1 responses to “Ibarat Katak Dalam Tempurung (Kilas Balik International Conference On Educatioan)

  1. salwintt

    21 Maret 2012 at 11:47 pm

    terbit JAMEK 20 maret 2012 tadi y

     

Tinggalkan komentar