RSS

Israiliyyat

ISRAILIYYAT

A. Pendahuluan
Israiliyat termasuk dalam penafsiran al-Qur’an. Israliyyat adalah bentuk jamak dari Israiliyyah yakni bentuk kata yang dinisbahkan kepada kata Israil (bahasa Ibrani). Israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an tidak lepas dari kondisi sosio cultural masyarakat Arab pada zaman Jahiliyyah, pengetahuan mereka tentang ini telah masuk ke dalam benak keseharian mereka sehingga tidak dapat dihindari adanya interaksi kebudayaan Yahudi dan Nashrani dengan kebudayaan Arab yang kemudian menjadi jazirah Islam. Keberadaan Israiliyyat dalam tafsir banyak memberi pengaruh buruk terhadap sikap teliti yang telah diperaktikkan oleh para sahabat dalam mentransper Israiliyyat dan tidak menjadi perhatian generasi sesudahnya, sehingga banyak cerita Israiliyyat yang mengandung khurafat dan bertentangna dengan nash mewarnai kitab tafsir.(1)
Pada masa Rasulullah Saw hidup, umat Islam tidak banyak menemukan kesulitan dalam memahami petunjuk dalam mengarungi hidupnya, sebab manakala menemukan kesulitan dalam satu ayat, mereka akan langsung bertanya kepada Rasulullah Saw dan kemudian beliau menjelaskan maksud kandungan ayat tersebut. Akan tetapi sepeninggal Rasulullah Saw, umat Islam banyak menemukan kesulitan karena meskipun mereka mengerti bahasa Arab, al-Qur’an terkadang mengandung isyarat-isyarat yang belum bisa dijangkau oleh pikiran orang-orang Arab. Oleh karena itu mereka membutuhkan tafsir yang bisa
membimbing dan menghantarkan mereka untuk memahami isyarat-isyarat
seperti itu.
Selain bertanya kepada para sahabat senior sumber informasi bagi
penafsiran al-Qur’an, mereka juga bertanya kepada ahli kitab, yaitu kaum
Yahudi dan Nashrani. Hal itu mereka lakukan lantaran sebagian
masalah dalam al-Qur’an memiliki persamaan dengan yang ada dalam
kitab suci merkaka, terutama berbagai tema yang menyangkut umat-umat
terdahulu. Penafsiran seperti ini terus berkembang sejalan dengan
perkembangan pemikiran manusia dan kebutuhannya akan urgensi al-Qur’an. (2)
Sebagai petunjuk bagi kehidupannya sedemikian sampai-sampai tanpa
disadari bercampurlah tafsir dengan Israiliyat. Kehadiran israiliyyat
dalam penafsiran al-Qur’an itulah yang, menjadi ajang polemic di kalangan
para ahli tafsir al-Qur’an.

B. Pembahasan
1. Pengertian Israiliyyat
Secara etimologis, israiliyat adalah bentuk jamak dari kata tunggal israiliyah, yakni bentuk kata yang dinisbatkan pada kata israil yang berasal dari bahasa Ibrani, isra yang berarti hamba dan il yang bermakna Tuhan. Dalam perspektif histories, Israil berkaitan dengan Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim a.s, di mana keturunan beliau yang berjumlah dua belas itu di sebut Bani Israil. (3)
Ibn Katsir dan lainnya menyebutkan dalil Bahwa Ya’qub adalah Israil melalui hadis riwayat Abu Dawud At-Thayalisi dalam Musnadnya dari Ibnu Abbas bahwa sebagian orang Yahudi mendatangi Nabi Saw. Lalu beliau bersabda:
(kepada mereka)”apakah kalian mengetahui bahwa Israil adlah Ya’qub?” mereka menjawab,”Ya”, dan Nabi bersabda, saksikanlah” Secara terminologis, -Ibn Qayyum juga menjelaskan, bahwa- israiliyah merupakan sesuatu yang menyerap ke dalam tafsir dan hadis di mana periwayatannya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani, baik menyangkut agama mereka atau tidak Dan kenyataannya kisah-kisah tersebut merupakan pembauran dari berbagai agama dan kepercayaan yang masuk ke Jazirah Arab yang di bawa orang-orang Yahudi.(4)
Bahkan sebagian Ulama Tafsir dan hadits telah memperluas makna israiliyat dengan cerita yang dimasukkan oleh musuh-musuh Islam, baik yang datang dari Yahudi maupun dari sumber-sumber lainnya. Hal demikian itu lalu dimasukkan kedalam tafsir dan hadis, walaupun cerita itu bukan cerita lama dan memang dibuat oleh musuh-musuh Islam yang sengaja akan menrusak akidah kaum Muslimin. Dan ketika Ahli kitab masuk Islam, mereka membawa pula pengetahuan keagamaan mereka berupa cerita-cerita dan kisah-kisah keagamaan. Dan di saat membaca kisah-kisah dalam AlQuran terkadang mereka paparkan rincian kisah itu yang terdapat dalam kitab-kitab mereka. Para sahabat menaruh atensi terhadap kisah-kisah yang mereka bawakan,(5) sesuai pesan Rasulullah Saw:
“Janganlah kamu membenarkan (keterangan) Ahli kitab dan jangan pula mendustakannya, tetapi katakanlah, ‘ Kami beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan kepada kami.” (Hadist Bukhori).
Dan dalam hadist lain Nabi memperingatkan para penyampai berita maupun kisah-kisah itu agar tidak menyimpang dalam menceritakannya, dengan sabda beliau:
“Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat. Dan ceritakanlah dari Bani Israil karena yang demikian tidak di larang. Tetapi barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka.” (HR Bukhori).
Dua hadist tersebut tidak bertentangan karena yang pertama menyiratkan kemungkinan benar dan salahnya sebuah cerita, sedang hadist berikutnya menunjukkan kebolehan menerima cerita dari Bani Israil, meskipun harus dengan aturan yang ‘sangat ketat’, diantaranya adalah kejelasan sanadnya.

1. Sebab-sebab Munculnya Israiliyyat
Pada saat Islam berkembang banyak bangsa yang masuk Islam dengan berbagai latar belakang sosial maupun budaya. Ada yang masuk Islam dengan ikhlas dan kesadarannya, tetapi ada pula yang didorongoleh motivasi tertentu. Penegasan maksud-maksud tertentu itu dijelaskan dalam ayat al-Qur’an:
     •     …
“Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan sengang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS. Al Baqoroh 2 : 120). (6)
Perkembangan Islam sangat pesat di zaman Nabi Muhammad Saw dan Khulafaurrasyidien. Pada saat Nabi Muhammad wafat dan pada awal Abu Bakar menjadi kahalifah sudah muncul gerakan Riddah- menolak ajaran islam dan kufur dengan motif ingi melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Motif ini semakin menjadio-jadi setelah perjalanan politik Islam tidak begitu mulus seperti di zaman Nabi, terjadi banyak perselisihan, munculnya saktarianisme dan perbedaan pandangan politik yang menyebabkan perbedaan pandangan dalam teologi. Kontak-kontak tersebut telah mendorong pula lahirnya israiliyyat. Kemunculan israiliyyat ini tidak bisa dihindari karena orang-orang yahudi sejak dahulu kala berkelana ke arah timur menuju Babiloniadan sekitarnya serta ke arah Barat menuju Mesir. Setelah kembali ke negri asal, mereka bawa pula mermacam-macam berita keagamaan yang dijumpai di negri-negri yang mereka singgahi. (7)
Dengan masuknya ahli kitab itu ke dalam Islam, maka terbawa pulalah bersama mereka itu kebudayaan mereka tentang berita dan kisah-kisah agama. Ketika mereka membaca kisah-kisah yang terdapat pada Al Qur’an, maka mereka mengemukakan pula dengan terperinci uraian-uraian yang terdapat di dalam kitab-kitab mereka. Sahabat- sahabat nabi tertegun mendengar kisah-kisah yang dikemukakan oleh ahli-ahli kitab itu. Namun mereka tetap manurut perintah Rosulullah SAW. Janganlah kamu benarkan ahli kitab dan jangan pula kamu dustakan. Dan katakanlah, kami percaya kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami. Kadang-kadang terjadi diskusi antara sahabat dengan ahli kitab itu, mengenai uraian yang terperinci. Adakalanya sahabat menerima sebagian dari apa yang dikemukakan oleh ahli kitab itu selama masalah ini tidak menyangkut akidah dan tidak berhubungan dengan hukum-hukum.
Demikianlah berita-berita yang dibawa oleh orang Yahudi yang telah masuk Islam, berkaitan dengan israiliyah. Hal ini sudah terbiasa bagi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Berpindahnya israiliyah dari orang Yahudi itu karena mereka banyak bergaul dengan orang Islam, sejak permulaan Islam hijrah ke Madinah. Sahabat tidak ada yang mengambil berita terperinci dari ahli kitab, kalau ada jumlahnya itu sedikit sekali, atau jarang terjadi. (8)
Faktor-faktor yang melatarbelakangi tindakan para sahabat mengambil berita dari kaum Yahudi, antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Secara umum kebudayaan bangsa Arab,baik sebelum maupun pada masa lahirnya agama Islam,lebih rendah ketimbang kebudayaan Ahli Kitab,karena kehidupan mereka yang nomad dan buta huruf. Meskipun pada umumnya Ahli Kitab di Arabia juga tak lepas dari kehidupan nomad mereka,namun mereka relative lebih mempunyai ilmu pengetahuan, khususnya tentang sejarah masa lalu seperti diketahui oleh umumnya Ahli Kitab waktu itu.
b. Isi AlQuran di antaranya mempunyai titik-titik persamaan dengan isi- kitab terdahulu seperti Taurat dan Injil yang dipegang oleh Ahli Kitab pada masa itu,terutama pada cerita-cerita para Nabi dan Rasul terdahulu yang berbeda penyajiannya.Pada umumnya AlQuran menyajikan secara Ijaz, sepotong-sepotong disesuiakan dengan kondisi, sebagai nasehat dan pelajaran bagi kaum Muslimin. Sedangkan dalam kitab suci Ahli Kitab penyajiannya agak lengkap seperti dalam penulisan sejarah. Oleh karena itu, wajar jika ada kecenderungan untuk melengkapi isi cerita dalam AlQuran dengan bahan cerita yang sama dari sumber kebudayaan Ahli Kitab.
c. Adanya beberapa Hadist Rasululloh yang dapat dijadikan sandaran oleh para Sahabat untuk menerima dan meriwayatkan sesuatu yang bersumber dari Ahli Kitab, meskipun dalam batas-batas tertentu yang dapat digunakan untuk menafsirkan AlQuran. (9)

2. Pembagian Israiliyyat
Dilihat dari segi syariat, israiliyyat dibagi manjadi tiga bagian, yaitu:
a. Cerita israiliyyat yang sesuai dengan syariat Islam (Khabariyah Al-Shidqu). Seperti yang diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim bahwasannya Rasulullah Saw, bersabda,
“Pada hari kiamat nanti, bumi itu bagaikan segenggam roti, Allah SWT menggenggamnya dengan tangan-Nya, seperti kamu menggenggam sepotong roti di perjalanan, dia merupakan tempat ahli surga.”
Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Yahudi menghampiri Rasul seraya menegur, “Wahai Abu Qosim, maukah kuceritakan kepadamu tempat ahli surga pada hari kiamat nanti?” Rosulullah menjawab, “Ya, tentu saja.” Kemudian laki-laki itu mengatakan,
“Bahwasannya bumi ini seperti segenggam roti seperti yang dinyatakan Nabi saw.”
Imam Bukhari meriwayatkan sifat-sifat Rasulullah Saw, yang sumbernya diambil dari Taurat. Hal ini sama seperti yang diterangkan dalam al Qur’an, “Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu sebagai saksi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan nabi itu tidak kasar dan tidak keras.
b. Cerita Israiliyyat yang bertentangan dengan syariat (Khabariyah al-kdzbu). Misalnya cerita-cerita yang dimuat dalam kitab Sifru al Khuruj (kitabnya orang yahudi). Pada kitab tersebut diceritakan bahwa yang membuat anak sapi sebagai sembahan Bani Israil adalah Nabi Harun. Dengan tegas Al Quran membantahnya dan menyatakan bahwa yang menyesatkan itu adalah seseorang dari Bani Israil bernama Samiri. Ia berasal dari suku Samirah. (10) Hal ini terdapat dalam surat Thoha ayat 85:
   •      
“Allah berfirman, ‘maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” (11)
c. Cerita israiliyyat yang didiamkan, maskut’anhu (Kabariyah al-Shidqu wal Kadzibu), karena tidak terdapat dalam syariat Islam yang memperkuatnya dan tidak ada pula alasan yang menyatakan tidak ada manfaatnya. Hal ini seperti yang diriwayatkan Imam Ibn Katsir di dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat-ayat tentang baqoroh dalam surat Al Baqoroh ayat 67-68. (12)
Ditinjau dari riwayatnya cerita israiliyyat terbagi menjadi dua yaitu:
a. Cerita shahih, contohnya apa yang dikemukakan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya: Dari Ibn Jarir, telah menceritakan kepada kami Mustani dari Usman bin Umar dari Fulaih dari Hilal bin Ali dari Atha bin Yasir, ia berkata : aku telah bertemu dengan Abdullah bin Amr dan berkata kepadanya : ceritakanlah olehmu tentang sifat-sifat rosul saw yang diterangkan di dalam kitab taurat! Ia berkata : Ya demi Allah, sesungguhnya sifat Rasulullah di dalam Taurat sama seperti yang diterangkan dalam al-Qur’an : Wahai nabi sesungguhnya kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan”, dan memelihara orang-orang Ummi. Engkau adalah hambaKu dan Rasul-Ku, namamu yang dikagumi, engkau tidak kasar dan tidak pula keras. Allah tidak akan mencabut nyawanya sebelum agama islam tegak dan lurus, yaitu dengan ucapan : tiada tuhan yang patut disembah dengan sebenarnya kecuali Allah…dstnya” Imam Ibnu Katsier telah mengaitkan riwayat ini dengan pernyatannya: Bahwasannya Imam Bukhari telah meriwayatkan berita ini dalam kitab shahihnya Muhammad bin Sinan dari Fulaih, dari Hilal bin Ali, ia menceritakan sanadnya, seperti yang telah disebutkan, tetapi ia telah menambah setelah ucapannya :”Dan bagi sahabat-sahabatnya di pasar-pasar, ia tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni”. (13)
b. Cerita dha’if, contohnya adalah atsar yang diriwayatkan oleh Al-Razi dan di nukil oleh Ibnu Katsier QS. Qaf :50, ia berkata : sesungguhnya
atsar tersebut atsar gharib dan tidak shahih, ia menganggapnya sebagai cerita khurafat Bani Israil.” Ketika menafsirkan :
…       …
“…dan laut, ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudahnya…” (QS. Luqman: 27). (14)
Dalam atsar itu disebutkan: Ibnu Abu Hatim berkata, telah berkata ayahku, ia berkata : Aku mendapat berita dari Muhammad bin Ismail Al-Makzumi, telah menceritakan kepada Laits bin Abu Sulaiman, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Allah SWT telah menciptakan di bawah ini laut melingkupnya, di dasar laut ia menciptakan sebuah gunung yang di sebut gunung Qaf. Langit dunia ini ditegakkan diatasnya. Di bwah gunung tersebut Allah nenciptakan bumi seperti bumi ini yang jumlahnya tujuh lapis. Kemudian di bawahnya Ia menciptakan laut yang melingkupinya. Di bawahnya lagi ia menciptakan sebuah gunung lagi, yang juga bernama gunung Qaf. Langit jenis kedua diciptakan di atasnya. Sehingga jumlah semuanya : tujuh lapis bemi, tujuh lautan, tujuh gunung dan tujuh lapis langit. (15)

3. Hukum Meriwayatkan Israiliyyat
Pandangan para ulama dalam menceritakan atau meriwayatkan cerita Israiliyyat, apabila dilihat dari segi dalilnya, terdapat dalil-dalil yang melarang dan dalil-dalil yamg membolehkan.
a. Dalil-dalil yang melarang
Di dalam Al Quran menyatakan bahwa Yahudi dan Nasrani telah mengubah sebagian besar isi kitabnya, sehingga tidak bisa dipercaya kebenarannya dan tidak bisa dipercaya periwayatannya. Surat Al Maidah (5) ayat 5 menyatakan:
“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang Rasul kami kepadamu, menjelaskan banyak dari isi al kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkan, sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan.” Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya bahwasannya Rasulullah saw. Bersabda, “Janganlah kamu sakalian membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakannya, dan nyatakan oleh kalian, ‘kami semua beriman kepada Allah swt. Dan yang diturunkan kepada kami’.”
b. Dalil-dalil yang membolehkan
Ayat Al Quran yang memperbolehkan bertanya kepada ahli kitab tentang sesuatu seperti yang terdapat dalam surat Yunus (10) ayat 94. “Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keraguan tentang apa yang kami turunkan padamu, tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari tuhanm. Sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. “Samapikanlah olehmu apa yang kalian dapat dariku, walaupun satu ayat, ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ad dosa di dalamnya. Barang siapa sengaja berbohong kepadaku, maka bersiaplah dirinya untuk mendapatkan tempat di neraka.” (16)
Dari mayoritas sumber maupun ‘kebanyakan riwayat’ (istilah AlQaththan), israiliyat selalu dikaitkan dengan empat tokohnya yang ternama, yaitu; Abdullah Ibn Salam, Ka’ab al Akhbar, Wahb bin Munabbih, dan Abdul Malik Ibn Abdul ‘Aziz Ibn Juraij.
a. Abdullah Ibn Salam (w. 43 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Abdullah Ibn Salam Ibn Harist Al-Israil Al-Anshari. Statusnya cukup tinggi di mata Rasulullah Saw. Dia termasuk di antara para sahabat yang diberi kabar gembira masuk surga oleh Rasulullah Saw. Dalam perjuangan menegakkan Islam, dia termasuk Mujahid di perang Badar dan ikut menyaksikan penyerahan Bait al Maqdis ke tangan kaum Muslimin bersama Umar Ibn Khattab.
Dari segi ‘adalah-nya’ kalangan ahli hadis dan tafsir tak ada yang meragukan .Ketinggian ilmu pengetahuannya diakui sebagai seorang yang paling’ alim di kalangan bangsa Yahudi pada masa sebelum masuk Islam dan sesudah masuk Islam. Kitab-kitab tafsir banyak memuat Riwayat-riwayat yang disandarkan kepadanya,diantaranya Tafsir Ath Thabari.
b. Ka’ab Al Akhbar (w. 32 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ka’ab Ibn Mani Al Himyari. Kemudian beliau terkenal dengan gelar Ka’ab al Akhbar karena kedalaman ilmunya. Dia berasal dari Yahudi Yaman dari keluarga Zi Ra’in. (17)
c. Wahab Ibn Munabbih (w.110 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Wahab Ibn AlMunabbih Ibn Sij Zinas Al Yamani Al Sha’ani. Lahir pada tahun 34 H dari keluarga keturunan Persia yang migrasi ke negri Yaman, dan meninggal tahun 110 H. Ayahnya, Munabbih Ibn Sij masuk Islam pada masa Rasulullah Saw.
d. Abd Al Malik Ibn Abd Al ‘Aziz ibn Juraij (w. 150 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Al Walissd (Abu Al Khalid) Abd Malik Ibn abd Aziz Ibn Juraiz Al-Amawi. Dia berasal dari bangsa Romawi yang beragama Kristen. Lahir pada tahun 80 H di Mekah dan meninggal pada tahun 150 H. (18)
Para Ulama berbeda pendapat dalam mengakui dan memepercayai Ahli Kitab tersebut; ada yang mencela (mencacat, menolak) dan ada pula yang mempercayai (menerima). Perbedaan pendapat paling besar ialah mengenai Ka’ab Al Akhbar. Sedangkan Abdullah Ibn Salam adalah orang yang paling pandai dan paling tinggi kedudukannya. Karena itu Bukhori dan Ahli Hadis lainnya memegangi dan mempercayainya. Di samping itu kepadanya tidak dituduhkan hal-hal buruk seperti yang dituduhkan pada Ka’ab Al Akhbar dan Wahab ibn Munabih. (19)
C. Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Israiliyyat dalam tafsir al-Qur’an tidak lepas dari kondisi sosio cultural masyarakat Arab pada zaman Jahiliyyah, pengetahuan mereka tentang ini telah masuk ke dalam benak keseharian mereka sehingga tidak dapat dihindari adanya interaksi kebudayaan Yahudi dan Nashrani dengan kebudayaan Arab yang kemudian menjadi jazirah Islam.
2. Dengan masuknya ahli kitab ke dalam Islam, maka terbawa pulalah bersama mereka itu kebudayaan mereka tentang berita dan kisah-kisah agama. Ketika mereka membaca kisah-kisah yang terdapat pada Al Qur’an, maka mereka mengemukakan pula dengan terperinci uraian-uraian yang terdapat di dalam kitab-kitab mereka.
3. Dilihat dari segi syariat, israiliyyat dibagi manjadi tiga bagian, cerita israiliyyat yang sesuai dengan syariat Islam, yang bertentangan dengan syariat dan yang didiamkan.
4. Pandangan para ulama dalam menceritakan atau meriwayatkan cerita Israiliyyat, apabila dilihat dari segi dalilnya, terdapat dalil-dalil yang melarang dan dalil-dalil yamg membolehkan.
5. Dari mayoritas sumber maupun kebanyakan riwayat, israiliyat selalu dikaitkan dengan empat tokohnya yang ternama, yaitu; Abdullah Ibn Salam, Ka’ab al Akhbar, Wahb bin Munabbih, dan Abdul Malik Ibn Abdul ‘Aziz Ibn Juraij.

Daftar Catatan Kaki
1. http://zidniagus.wordpress.com (diakses 20 Juni 2011)
2. http://makalah-gratis.blogspot.com (diakses 20 Juni 2011)
3. Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Pekan Baru, Amzah, 2002), hal. 105-106
4. Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadahan, Terj., Cerita-cerita Populer tapi Palsu tentang Nabi dan Rasul, (Surabaya: Elba, 2005), hal. 27
5. Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 240
6. Software “ Al-Qur’an “
7. Sholahuddin Hamid, Studi Ulumul Quran, (Jakarta: Istimedia Cipta Nusantara, 2002), hal. 349
8. Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Alquran, (Jakarta: Rimka Cipta, 1995), hal. 197
9. Rahmad Syafi’i, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 108
10. Muhammad Zainuddin, Metode Memahami Alquran, (Bandung: Khazanah Intelektual 2002), hal. 169
11. Software “ Al-Qur’an “
12. Muhammad Zainuddin, Metode Memahami Alquran, (Bandung: Khazanah Intelektual 2002), hal. 170-171
13. http://mujahidinimeis.wordpress.com (diakses 20 Juni 2011)
14. Software “ Al-Qur’an “
15. http://mujahidinimeis.wordpress.com (diakses 20 Juni 2011)
16. http://mujahidinimeis.wordpress.com
17. Rahmat Syafe’I, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 110-111
18. Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Pekan Baru Amzah, 2005) hal. 112-116
19. Manna’ Khalil Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Terj., (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa; 1996), hal. 493

Daftar Pustaka

– Software “ Al-Qur’an “
– Anwar, Abu, 2005, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Pekan Baru, Amzah

– Aziz, Abdul bin Muhammad bin Abdullah As-Sadahan, Terj., 2005, Cerita-cerita
Populer tapi Palsu tentang Nabi dan Rasul, Surabaya: Elba
– Hamid, Sholahuddin, 2002, Studi Ulumul Quran, Jakarta: Istimedia Cipta Nusantara.
– Khalil, Manna’ Qaththan, 1996, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Terj., Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa
– Quthan, Mana’ul. 1995, Pembahasan Ilmu Alquran, Jakarta: Rimka Cipta
– Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i, 1997, Ulumul Qur’an I, Bandung, Pustaka Setia
– Syafe’i, Rahmat, 2006, Pengantar Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia
– Zainuddin, Muhammad, 2002, Metode Memahami Alquran, Bandung: Khazanah Intelektual.
http://makalah-gratis.blogspot.com (diakses 20 Juni 2011)

http://mujahidinimeis.wordpress.com (diakses 20 Juni 2011)

http://zidniagus.wordpress.com (diakses 20 Juni 2011)

 

Tinggalkan komentar