RSS

Sekolah Negeri dan Swasta

Sekolah Negeri dan Swasta

Oleh Salwinsah
Harapan
Wacana SMA Titian Teras Jambi akan dinegerikan tinggal menghitung hari, akan jadi kenyataan. Salah satu agenda acara pada momen Hari Ulang Tahun Ke-55 Provinsi Jambi, adalah meresmikan sekolah ini akan menjadi milik pemerintah.
Sejalan proses penegerian berlangsung banyak tanggapan masyarakat, terutama siswa, orangtua/wali siswa, pamong (sapaan untuk guru) SMA Titian Teras dan orang-orang yang mengenal tentang eksistensi satuan pendidikan ini, antara optimis sekolah ini bakal akan lebih maju, dan pesimis akan mengalami kemunduran, menumpuk jadi satu. Perbedaan prediksi yang muncul adalah wajar sesuai dengan sisi mana mereka memandang. Yang jelas dalam banyak kesempatan, pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jambi, selalu menuturkan bahwa niat mereka baik dan tulus untuk memajukan mutu pendidikan di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, ke depan jauh lebih maju dari hari ini, secara keseluruhan.
Yang perlu jadi perhatian pemerintah adalah bagaimana nasib sejumlah tenaga kerja yang telah puluhan tahun menggantungkan hidupnya dari sekolah ini yang masih berstatus hononer. Cleanning Service (CS) yang setiap hari setia membersihkan pekarangan (12 ha) dan gedung sekolah, menyapu dan mencuci yang jumlahnya 23 orang, 19 juru masak yang selalu setia berhadapan dengan kepulan asap dapur, sengatan aroma bawang dan cabe, 27 karyawan/staf, meliputi tata usaha, penanggung jawab web site, pustakawan, para medis poli klinik, penanggung jawab asrama, penjaga mini market, penjaga kolam renang, gedung GOR, keamanan, supir dan sebagainnya. Belum lagi 15 guru hononer yang bingung tujuh keliling karena telah dipindahkannya 23 guru PNS dari Eks SMA RSBI Pondok Meja ke SMA Titian Teras, yang “mengancam” keberadaan mereka, dan banyak hal lain yang sampai hari ini belum ada kepastian dari pemerintah bagaimana nasib mereka dikemudian hari.
Harapannya adalah perhatian dari pemerintah agar langkah mereka tidak terhenti di tengah jalan untuk meniti hari esok. Bagimanapun berkat jasa-jasa merekalah, 605 siswa yang ada di sana sekarang ini, bisa menuntut ilmu dengan tenang, dan membawa SMA Titian Teras bisa tetap eksis di mata masyarakat Jambi seperti sekarang.

Swasta dan Negeri Apa Bedanya?
Di luar dinamika di atas, berbicara tentang perbedaan sekolah negeri dan swasta, maka kita perlu melihat diferensiasi di antara keduanya secara holistik. Kita tidak bisa menilai sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta secara sepihak. Demikian pula sebaliknya. Setiap sekolah memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Dalam hal ini, jawaban yang paling arif, keunggulan suatu sekolah akan ditentukan oleh kepiawaian para pendidik “menyentuh” siswa dan seberapa besar prestasi yang telah diraih oleh peserta didiknya, tanpa memperhatikan berstatus negeri atau swasta.
Realita ini, menuntut kita perlu memikirkan bagaimana cara menggabungkan keunggulan kedua sekolah berbeda ini menjadi sebuah kesatuan yang holistik dan menyeluruh bagi kemajuan pendidikan di Jambi. Perbedaan bukanlah persoalan yang perlu diperdebatkan. Hal terpenting adalah bagaimana menyatukan perbedaan yang ada menjadi sebuah kesatuan yang hakiki dan memberikan simbiosis mutualisme antara keduanya.
Negeri dan swasta, adalah dua kata yang saling berlawanan, namun ibarat pepatah “apalah arti sebuah nama”, yang penting isi dan makna yang terkandung di dalamnya. Setiap institusi pendidikan, baik itu negeri maupun swasta, masing-masing memilki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dan kekurangan inilah yang menjadi nilai positif dan negatif setiap institusi tersebut. Mereka berusaha untuk menjadi yang terbaik sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sekolah, bukanlah hal yang mudah dan sederhana untuk diperbincangkan, karena selain sifatnya yang kompleks, dinamis dan kontekstual, wacananya juga melibatkan aspek kognitif, sosial ekonomi dan budaya yang dibahas secara keseluruhan. Pendidikan dalam konteks ini tidak hanya dapat diperoleh dari sistem pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah, melainkan bisa diperoleh di lembaga-lembaga pendidikan di swasta, bahkan pendidikan juga dapat diperoleh dari keluarga secara otodidak, sehingga pada realitasnya sekolah negeri maupun swasta merupakan instansi yang menjalani proses pendidikan secara mutualistik demi tercapainya tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tidak bisa dipungkiri, semakin berkembangnya dunia pendidikan, maka semakin banyak pula pembicaraan yang membahas tentang perbedaan sekolah swasta dan negeri. Di antaranya adalah dari segi fasilitas dan media pembelajaran.
Sekolah negeri boleh dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang disokong dana APBN oleh pemerintah. Tentu lancar atau setidaknya proses pembelajaran sangat bergantung dari pengelolaan uang negara yang diberikan pada staf sekolah negeri yang bersangkutan. Di samping itu, sekolah negeri juga memiliki standar kurikulum yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) secara nasional. Hal ini membuat pengajaran dan materi pelajaran yang diberikan akan sesuai dengan standar yang diberlakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republikn Indonesia.
Sekolah swasta memiliki kurikulum dan cara pengelolaan yang berbeda. Pengelolaan sekolah swasta boleh dikatakan sangat independen dan memiliki standarisasi yang ditentukan oleh yayasan lembaga pendidikan swasta tersebut. Kurikulum yang diberikan pun cenderung lebih bebas dan tidak terpatok pada standar yang ditentukan pemerintah. Hal ini tentu bisa berarti positif dan negatif, tergantung bagaimana sekolah swasta mendayagunakan tenaga pengajarnya.
Secara negatif, kebebasan yang diberikan ini dapat membuat sekolah swasta kebablasan. Dalam hal ini, sekolah menetapkan standar yang terlalu rendah dan mudah bagi pelajarnya, sehingga tidak ada patokan yang jelas kompetensi apa saja yang seharusnya dimiliki pelajar yang menimba ilmu di sekolah tersebut. Secara positif, kebebasan yang diberikan dapat membuat sekolah swasta jauh melampaui sekolah negeri. Kita melihat bahwa banyak sekolah swasta sangat berkembang berkat pengembangan kurikulum mereka yang berbasis internasional, seperti Bilingual, Akselerasi, Cambridge International Program (CIP), dan lain sebagainya.
Sekolah swasta juga memiliki sistem pengelolaan keuangan tersendiri, sehingga dalam pembiayaan proses pembelajaran dilakukan secara swadaya. Akibatnya, uang sekolah yang terdapat di masing-masing sekolah swasta sangat bervariasi nilainya, tergantung program, fasilitas, dan kualitas pengajar yang diberikan. Kita bisa melihat bagus atau tidaknya bangunan sekolah secara fisik tergantung dari biaya yang dikeluarkan peserta didik yang menimba ilmu di sekolah tersebut.
Perbedaan lain antara sekolah negeri dan swasta terletak pada biaya pendidikan. Sekolah negeri dikatakan lebih murah dibandingkan sekolah swasta. Biaya pendidikan di sekolah negeri dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat pada umunya. Hal ini tentulah dikarenakan adanya dana subsidi dari pemerintah, sedangkan sekolah swasta seluruh dana operasional sekolah sebagian besar dibebankan kepada para peserta didik. Sehingga wacana berkembang di masyarakat bahwa sekolah swasta adalah tempat bagi anak-anak yang orang tuanya memiliki tingkat ekonomi tinggi, karena di samping sekolah yang mempunyai fasilitas mewah, biaya pendidikan yang dikeluarkan juga cukup mahal.
Lalu bagaimana sekolah negeri. Tidak sedikit di berbagai pedalaman seluruh Indonesia, kita melihat bagaimana institusi pendidikan di bawah lembaga pemerintahan, bangunan-bangunan yang hampir tidak layak untuk dijadikan tempat pendidikan, namun harus tetap dipergunakan. Padahal yang kita tahu dana dari pemerintah untuk pendidikan tidaklah sedikit, namun hal ini tidak terealisasi secara merata terutama di daerah pedalaman dan terpencil.
Apalah artinya sebuah bangunan, bukankah yang terpenting adalah semangat para pendidik dan peserta didik yang berada di dalamnya, menghantarkan generasi kebanggaan bangsa mencapai cita-citanya, kalimat inilah yang tertanam di benak mereka.
Begitu mirisnya nasib sekolah negeri di Indonesia. Sepertinya kalimat ini juga tidak pantas kita ungkapkan, karena betapa tidak adilnya memvonis seluruh lembaga pemerintah tanpa melihat sudut pandang lainnya. Hal ini dapat kita buktikan dengan sekolah negeri yang ada di kota-kota besar. Sangat maju, berkualitas bahkan dapat dikatakan “super”. Tidak sedikit sumber daya manusia yang dilahirkan telah menjadi individu yang berkualitas bahkan menjadi tokoh-tokoh bangsa Indonesia.
Sama halnya dengan sekolah swasta, munculnya opini yang mengatakan, bahwa sekolah swasta adalah tempat kalangan masyarakat dengan ekonomi tinggi sangatlah naif. Bukankah ada beberapa sekolah swasta yang menyediakan beasiswa bagi peserta didik yang memenuhi kriteria tertentu.
Memiliki anak bangsa yang berpendidikan dan cerdas, akan membentuk karakter diri yang berwibawa, dan menjadikan bangsa ini dipandang tinggi oleh masyarakat dunia. Sementara kebodohan adalah hal yang dapat menghancurkan kualitas suatu bangsa. Jadi untuk apa kita membedakan antara sekolah negeri dan swasta, karena hal ini bukanlah menjadi suatu tolak ukur, elitnya sebuah sekolah, namun bagaimana kita memanfaatkan kedua kata tersebut untuk mencapai ideologi bangsa dan negara. Negeri atau swasta sama saja, yang membedakannya adalah ketulusan guru untuk selalu memberikan motivasi kepada peserta didiknya secara kontinu, dan kesungguhan peserta didik menerima ilmu tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Kita, masyarakat Jambi sudah rindu ingin memiliki SMA bermutu yang ‘benar-benar’ berstandar internasional. Apakah mimpi ini akan jadi kenyataan, dengan menegerikan SMA Titian Teras? Semoga!
(Salwinsah adalah Guru SMA Titian Teras, Mahasiswa PPs (S2) IAIN STS Jambi)

 

2 responses to “Sekolah Negeri dan Swasta

  1. Jual Wallpaper Gambar Kristen

    10 September 2015 at 11:26 am

    Kalau mau cari wallpaper dinding harga murah bisa hubungi kami pak…!!

     
    • salwintt

      17 Oktober 2015 at 8:22 am

      nanti kalau diperlukan ya tksih

       

Tinggalkan komentar