RSS

Burung Pembawa Berkah

Burung Pembawa Berkah
Oleh SITI PAIZAH

MEMORI yang tidak mungkin terlupakan. Ketika penulis mempresentasikan karya tulis ilmiah tentang karakteristik dan arsitektur sarang burung manyar. Betapa tidak sarang burung sewaktu penulis masih anak-anak dulu selalu jadi mainanan, sarang burung yang tidak asing lagi bagi penduduk setempat, dipandang tidak punya keanehan dan keunikan bagi masyarakat Muara Sabak Timur, Tanjung Jabung Timur, tempat penulis melakukan penelitian. Ternyata sangat mengagetkan. Berkat sarang burung manyar-lah, menghantarkan penulis meraih mendali emas di ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tingkat nasional yang diselenggararakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI akhir Oktober 2013 lalu.
Dulu bahan mainan, sekarang jadi obyek penelitian. Dapat mendali emas pula. Bahkan Bapak Zomi Zola Bupati Tanjabtim menyempatkan waktunya menjamu penulis bagai seorang tamu agung manca negara. Sungguh, burung manyar benar-benar membawa berkah.
Burung Manyar
Provinsi Jambi memiliki berbagai macam flora dan fauna yang tersebar di seluruh daerah. Setiap flora dan fauna tersebut mempunyai keunikan sendiri dan berbeda satu dengan lainnya. Hal itu juga terjadi pada fauna, khususnya burung. Di daerah Tanjung Jabung Timur, khususnya Muara Sabak Timur banyak terdapat burung terutama ketika musim panen. Burung-burung tersebut berkicauan dan terbang kesana-kemari. Tidak hanya sekedar itu, burung tersebut juga membuat sarang, bertelur dan berkembang biak di sana. Pada umumnya bentuk sarang burung yang satu dengan lainnya punya kemiripan. Tetapi hal itu tidak berlaku pada burung manyar. Burung manyar memiliki bentuk sarang yang berbeda dengan burung lainnya.
Burung manyar adalah salah satu jenis burung granivora (pemakan biji-bijian), berasal dari Afrika. Dalam bahasa Inggris burung ini disebut dengan “weaver bird” atau burung penganyam, karena burung ini memiliki sarang yang rumit dan unik. Sarang burung manyar biasanya terletak di ujung-ujung cabang pohon yang tinggi seperti di pohon kelapa, rumput gelagah yang tinggi, pohon bambu, pinang dan lain-lain.
Untuk menghindarkan buruan manusia dan hewan lainnya, burung manyar meletakkan sarangnya pada pohon-pohon yang tinggi dan ujung dahan. Jika diletakan pada pohon yang rendah biasanya di sekitarnya telah dihuni lebah penyengat, bahkan tebuan yaitu sejenis lebah yang lebih dahsyat daripada lebah penyengat.
Arsitektur Sarang
Dalam pembuatan sarang, burung manyar ada yang hidup secara berkelompok dan ada yang sendiri. Hal ini terlihat dari bentuk sarang dimana sarang tersebut ada yang tunggal dan ada yang gabungan. Dari observasi yang penulis lakukan, sarang kombinasi paling banyak tiga buah sarang burung manyar. Dimana sarang kombinasi itu ada yang satu sarang jantan, satu sarang betina, dua sarang jantan, satu sarang jantan dan satu sarang betina serta tiga sarang jantan. Pada sarang kombinasi penulis tidak menemukan sarang kombinasi dua atau tiga ekor betina tinggal pada satu sarang gabungan.
Di dalam sarang burung manyar betina terdapat pintu jebakan, yang gunanya untuk mengelabui hewan predator, dimana pintu jebakan tersebut selalu terbuka, sedangkan pintu yang sesungguhnya tersembunyi. Ketika hewan predator tersebut masuk, hewan tersebut tidak akan menemui apapun didalamnya dan hanya akan menemui jalan buntu. Sedangkan, tempat telur atau anak burung berada di sarang yang tersembunyi.
Sarang burung manyar jantan mempunyai dua buah pintu. Di pintu masuk sarang jantan terdapat rajutan di tengahnya. Rajutan yang terdapat di antara dua buah pintu tersebut adalah tempat hinggap, tidur dan bertenggernya burung manyar jantan.
Burung manyar sangat piawai membuat rancang-bangun, mencari dan memilih material bermutu untuk membangun sarangnya. Material tersebut dikumpulkan sehelai demi sehelai dan kemudian menganyamnya secara teliti.
Pembuatan Sarang
Tahapan pembuatan sarang burung manyar dimulai dengan mencari dan mengumpulkan material daun sehelai demi sehelai untuk membuat rancang bangunan. Daun yang sehelai itu kemudian di sangkutkan ke dahan pohon untuk dijadikan pondasi tempat sarang bergantung. Setelah pondasi itu terbentuk, sarang tersebut akan diperbesar namun rajutan masih kasar. Setiap bagian tahapan pembuatan sarang burung manyar akan terdapat tempat tengger, baik sarang jantan maupun sarang betina.
Konstruksi atau arsitektur sarang burung manyar ini sangat estetik. Proses pengrajutan berlangsung setiap hari, proses tersebut baru terhenti ketika mereka makan, minum dan saat cuaca buruk. Namun proses itu berlangsung dengan singkat padahal burung manyar ini membutuhkan ratusan atau bahkan ribuan tangkai rumput yang diambil dari berbagai tempat.
Burung manyar menggunakan paruh dalam proses perajutan sarang. Gerakan rajutannya mirip dengan orang yang menjahit menggunakan jarum tangan. Selain dikenal sebagai burung yang tekun dan ulet, juga dikenal tidak putus asa. Ketika sarang yang dibuatnya rusak, dirusak burung manyar lain atau tidak menarik bagi sang betina maka sang jantan akan memperbaikinya atau merekonstruksinya kembali dan hal tersebut dilakukannya secara terus menerus serta pantang menyerah.
Filosofis Manyar
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari proses penelitian ini. Lihat saja perjuangan yang ulet penuh kesabaran saat burung manyar membuat sarangnya. Dari perencanaan yang matang, pemilihan bahan, peletakan pondasi, hingga proses penganyaman helai demi helai untuk menghasilkan sarang yang indah, arsitektur bernilai tinggi. Bukan saja dari pandangan mereka, hebat. Lebih dari itu juri tingkat nasional pun menghadiahkan nilai sempurna.
Belajar dari karakter burung manyar, penulis benar-benar terharu dan terhanyut dalam proses penelitian ini. Menyadari sepenuhnya untuk mencapai suatu kesuksesan butuh tekad yang bulat, keyakinan yang tinggi, jujur dan sabar. Dan yang terpenting jangan sampai patah semangat. Usaha yang diiringi dengan do’a dan tawakal, insya Allah keberhasilan akan selalu menyerta. Burung manyar saja bisa mendulang emas, mengapa kita tidak…?
(Penulis Siswi SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti Jambi, Peraih Mendali Emas Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia Tingkat Nasional Tahun 2013)

 

Tinggalkan komentar