RSS

Menyikapi Kabut Asap

Jika manusia merubah ketaatan dengan kemaksiatan, kebenaran dengan kebatilan, kebaikan dengan kemungkaran maka Allah akan merubah kekayaan mereka dengan kemiskinan, kemuliaan dengan kehinaan, kekuatan dengan kelemahan, keamanan dengan ketakutan, kebahagiaan dengan kegelisahan, kemudahan dengan kesulitan dan hujan berubah jadi kemarau.
Setiap bencana yang turun dari Allah tentu akibat perbuatan dosa, kelalaian dalam menjalankan kewajiban, kedurhakaan kepada Allah, dan memperturutkan hawa nafsu.
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. Asy-Syuraa: 30)
Musibah yang menimpa kita hari ini adalah kurangnya hujan, kekeringan di sana-sini, harga kebutuhan pokok melambung, daya beli hasil masyarakat menurun drastis, akhirnya sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Semua ini terjadi tidak lain disebabkan karena dosa-dosa kita sendiri. Maraknya kemaksiatan dan kezaliman, banyaknya kemungkaran dan tindakan-tindakan dosa lainnya, maka kesulitan, bencana, termasuk kemarau yang berkepanjangan, dan kabut asap yang menimpa daerah kita sekarang ini sulit untuk dihindarkan.
Banyak sekali nikmat diberikan oleh Allah, akan tetapi kenikmatan itu digunakan untuk jalan yang salah. Kita mendapatkan hujan justru dengan hujan itu kita bermaksiat, kita mendapatkan hujan justru dengan hujan itu membuat kita semakin jauh dari Allah SWT. Biasanya hadir ke Majelis Ta’lim, mendengar pengajian menjadi tidak hadir karena hujan yang lebat. Biasanya beribadah di rumah Allah datang ke masjid untuk shalat berjemaah, menjadi berhalangan dengan alasan takut basah karena hujan.
Karena itulah Allah SWT beri ujian kepada kita, memutus hujan tidak turun dalam kurun waktu tiga bulan yang lalu dan entah berapa waktu ke depan, untuk kita renungkan akan kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat selama ini.
Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan dua macam hujan kepada manusia. Pertama adalah hujan hati atau rohani berupa wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah SAW. Hujan ini adalah sumber kehidupan hati dan kejernihan rohani, di samping menjadi penentu kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hujan inilah yang sejatinya, terdapat pada diri manusia. Bahkan kebutuhan akan hujan ini jauh lebih penting dan lebih besar dibanding hujan jenis kedua, yaitu hujan air yang turun ke bumi.
Sesungguhnya sudah sepatutnya kita lebih memperhatikan hujan hati dan rohani ini, karena hujan jenis inilah yang menentukan kebahagiaan hidup kita di dunia dan di akhirat, serta keberhasilan kita mendapatkan hujan yang lain.
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (QS. Al-A’raf : 96).
Terhentinya kuncuran air dari langit antara lain disebabkan karena kelalaian manusia dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, kekerasan hati akibat tumpukan dosa hasil perbuatan maksiat, ketidak-seriusan dalam menunaikan iman dan takwa, serta kealfaan dalam menunaikan shalat, puasa dan zakat. Hal ini yang menghambat turunnya hujan, lantaran keengganan untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Taubat dan memohon ampunan, kedua hal ini merupakan faktor terpenting yang memudahkan turunnya hujan.
Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh : 12),
Dan (dia berkata), “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb-mu, lalu taubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (QS. Hud : 52)
Meminta hujan tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan hati yang lalai dan akal yang alfa. Upaya ini menuntut adanya pembaharuan kontrak dengan Allah, pembukaan lembaran kehidupan yang baru yang dipenuhi ketaatan dan jauh dari kemaksiatan, serta perbaikan menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Karena kebutuhan umat untuk meminta pertolongan melalui perbuatan dan karya nyata tidak lebih kecil dari pada kebutuhannya untuk meminta pertolongan melalui ucapan dan doa.
Maka dari itu jangan sampai dengan kemaksiatan, kita menjadi lengah dan lalai, kita diberi nikmat sementara kita bermaksiat, kita harus sadar jika Allah memberikan kita nikmat sementara kita bermaksiat bisa saja itu menjadikan kita tersesat jalan dan terjerumus ke jurang nerka, akan tetapi kita berusaha di dunia untuk mendapatkan ampunan dari Allah, agar kita mendapatkan nikmat yang sesungguhnya, termasuk hujan yang kita mohon. Semoga akan turun hujan rahmat yang sesungguhnya, rizki kita penuh berkah, kehidupan kita semakin nyaman.
Ingatlah bahwa ampunan Allah sangatlah luas. Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu dan ampunannya meliputi semua orang yang bertaubat. Setiap ada perkara yang sempit, Allah selalu menyediakan jalan keluar darinya. Dan setiap ada masalah yang berat, Allah selalu menyediakan peluang untuk meringankannya. Allah selalu mengundang kita untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Dan dia selalu meminta kita untuk memanjatkan doa dan memohon ampun.

 

Komentar ditutup.