RSS

Idul Fitri Antara Kemenangan dan Cobaan

Idul Fitri Antara Kemenangan dan Cobaan
Oleh Salwinsah, S.Ag

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Allah Swt menjadikan kehidupan dunia ini sebagai ujian dan cobaan bagi hamba-hamba-Nya agar Dia mengetahui siapakah di antara mereka sebagai hamba yang taat dan siapa yang durhaka.
            
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS Al-Mulk:2)
Orang yang berbahagia adalah orang yang mampu menjadikan kehidupan ini sebagai bekal menuju perjalanan panjang di alam akherat kelak.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Saat ini semua umat Islam di seluruh penjuru negeri bergembira menyambut datangnya hari raya Idul Fitri 1432 H, merupakan waktu yang diajarkan oleh Islam untuk bergembira. Karena inilah hari raya kita, dimana kita bisa meluapkan kegembiraan menyambut kedatangannya.
Kegembiraan di hari raya ini merupakan perwujudan rasa syukur kita kepada Allah Swt atas segala karunia dan nikmat yang telah kita terima, lahir maupun batin. Khususnya kita bersyukur bahwa kita mampu dan diberi kesempatan untuk melaksanakan puasa Ramdhan, tarawih, tadarus Al-Qur’an dan ibadah-ibdah lainnya pada tahun ini. Dan ibadah yang sudah kita lakukan itu pahalanya tidak terhitung nilainya di sisi Allah Swt. Allah berfirman bahwa orang yang senantiasa bersyukur terhadap Allah pastilah Allah akan menambah karunia, dan barang siapa yang mengingkari nikmat Allah maka Allah menjanjikan adzab yang sangat pedih. Dan ketahuilah bahwa janji Allah pada saaatnya nanti pasti akan terjadi.
Shalawat dan salam kepada junjungan nabi kita, nabi Muhammad Saw, yang telah mengajarkan bagaimana mengenal Allah sang Pencipta alam semesta. Nabi yang telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah yang benar, sehingga kita dibai’at sebagai umat terbaik dan termulya di atas muka bumi ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Ramadhan bulan diturunkannya al Qur’an, bulan melatih kesabaran, bulan jihad, bulan perjuangan, bulan pembersih jiwa pencuci hati dan bulan perlombaan guna meraih takwa dan kebebasan dari siksa neraka, kini dia telah pergi meninggalkan kita semua. Mungkinkah ia akan kembali lagi bersama kita? Waktu yang akan menjawabnya. Yang pasti, kelak ia akan kembali menemui kita ketika hari kesaksian telah tiba. Dia akan menjadi saksi pembela atau penuntut. Pembela bagi yang sukses meraih takwa dan penuntut atas orang yang membiarkan Ramadhan berlalu tanpa kesan yang berarti. Tiada seorang pun dari kita yang memiliki bukti dimana posisi kita berada.
Bulan al-Quran kini telah pergi. Sesaat belum pergi dia menyaksikan seperti apa sikap kita terhadap Al-Quran apa yang telah kita perjuangkan untuk menegakan ajarannya, langkah apa yang telah kita ambil untuk membela haq dan menghancurkan kebatilan? Dia juga menyaksikan bagaimana kita mengisi bulan yang penuh rahmat dan ampunan, apakah telah kita nikmati dengan qiyamullail dan tadabbur al-Quran, merintih sambil berdiri dihadapan Yang Maha Tinggi, menundukkan kepala dengan ruku’ dan sujud, bersimpuh di atas sajadah, hingga mencapai nikmat khusyu’, mengikuti akhlak ibadurrahman terdahulu, ataukah hanya diisi dengan begadang tanpa membekas di dalam qalbu?
Shaum adalah ibadah yang dapat menambah kekuatan spiritual (kejiwaan) untuk menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan. Meski kita telah melaksanakan ibadah shaum, namun apakah kita telah meraih kekuatan baru untuk menguasai tuntutan hawa nafsu yang selalu menghantui kita? Baik tuntutan yang berkaitan dengan pandangan, pendengaran, ungkapan, pemikiaran, angan-angan, ataup yang lainnya? Atau hanya sekedar meraih haus dan lapar saja?
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Marilah kita sambut hari raya Idul Fitri ini dengan takbir mengumadangkan kebesaran Allah Swt. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Karena Allah sajalah yang berhak untuk diagung-agungkan, barang siapa yang mengagungkan selain Allah maka ia termasuk orang yang melampui batas dan telah berbuat kesyirikan yang nyata.
Terkadang kita lupa, sering beranggapan bahwa kita ini paling besar paling hebat, semua orang di sekitar kita kecil dan harus takluk di hadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah yang kuat dan gagah yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa sesungguhnya kita tidak lain adalah makhluk yang sangat lemah tak berdaya, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah Swt yang telah menciptakan kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk, bersimpuh di hadapan-Nya. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita untuk meraih maghfirah-Nya. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman dan Islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan dan kesengsaraan berkepanjangan di akherat kelak.
Yang jadi tanda tanya adalah, apakah selepas Ramadhan kita bisa semakin dekat dengan agama ataukah justru semakin jauh? Hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Ada dua sikap yang ditunjukkan manusia ketika menghadapi nikmat atau cobaan, yakni sikap syukur dan sikap kufur.
         •   
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim : 7)
Marilah kita coba melihat satu persatu. Apakah kita termasuk hamba yang bersyukur atau yang kufur. Kita hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita (dan sesungguhnya kita tidak akan pernah mampu menghitung nikmat-nikmat Allah itu).
Allah telah memberikan kita badan yang lengkap dan sehat, semua berfungsi sebagaimana mestinya. Jika satu saja dari anggota badan kita ini tidak berfungsi sungguh betapa tersiksanya rasanya diri ini. Kita punya dua mata, lalu satu mata kita sakit, maka keseimbangan badan kita menjadi goyang dan oleng, mata terasa mau copot, hanya tersusupi debu yang kecil. Belum lagi anggota badan yang lain. Pernahkah kita bersyukur, ingat kepada Allah Swt bahwa Allah telah memberi kita bentuk yang sedemikian sempurna. Pernahkah terucap tabarakallah ahsanul khalikin (terpujilah Allah dzat sebaik-baik pencipta) atau justru kita tidak ingat kepada-Nya sama sekali.
Allah memberikan kepada kita anak-anak yang sangat kita dambakan, ingatkah bahwa Allah yang memberikan kita keturunan ataukah justru kita lalai mengingat-Nya karena anak-anak kita ?Allah memberikan kita perniagaan dan perdangan yang laris, bersyukurkah kita bahwa Allah ataukah justru kita lalai kepada Allah karena kesibukan kita kepada perdangan tersebut.
Ingatlah kisah Qarun, seorang hamba Allah yang shaleh pada awal mulanya, memiliki suara yang merdu, manakala membaca kitab Taurat maka hati dan jiwa akan khusuk menyimak firman Allah tersebut. Karena kesalehannya Allah memberi karunia perbendaharaan harta benda yang tak terkira banyaknya. Kunci-kunci gudang perbendaharaan hartanya tidak mampu dipikul sejumlah orang kuat pada masa itu. Tapi apa akhhir dari sang Qarun ini, ia tidak mau bersyukur kepada Allah, ia lupa dan lalai kepada Allah, dikiranya harta itu adalah jerih payah dari ilmunya. Qarun berkata bahwa harta benda itu didapat karena ilmunya sendiri (al qashash:78):
                              
Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
Ia tidak menyadari bahwa hartanya itu adalah karunia dan kemurahan Allah kepada dirinya. Karena Allah dzat maha pemberi rizki. Karena lalai, maka Allah menenggelamkan diri dan hartanya ke dalam bumi. Itulah balasan orang yang tidak mau bersyukur kepada Allah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Sisi lain, Nabi Sulaiman As, seorang nabi dan raja diraja menguasai dunia manusia dan binantang, laut, daratan dan udara, baik dunia kasat mata maupun dunia fata murgana. Beliau mampu memahami bahasa binantang.
                        
Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.(An-Naml: 19)
Di sisi lain iapun bersyukur atas segala karunia yang telah diterimanya dngan berkata:
                                     •    
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS An-Naml:40).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Demikianlah teladan yang diberikan Nabi Sulaiman As ketika mendapat karunia dari Allah swt.
Begitu pula ketika seseorang mendapat musibah baik pada dirinya, keluarganya, harta bendanya atau lingkungannya. Apakah ia akan ingat kepada Allah dengan minta ampunan dan istighfar. Ataukah justru berpaling dari Allah segala tindakan kemungkaran dan kesyirikan.
Ayyub, Nabi Allah yang begitu tabah mendapatkan cobaan merupakan teladan yang baik bagi umat sesudahnya. Ketika Allah karuniakan anak-anak yang shaleh, istri yang shalihah, kebun dan ternak yang banyak hasilnya, tidak menambah apa-apa selain rasa syukur kepada Allah Swt. Hingga akhirnya ia diuji dengan kehilangan semuanya, tetapi tidak mengurangi rasa syukurnya kepada Allah maka Allah mengembalikan semuanya kepada Nabi Ayyub. Bahkan ia tetap memuji Allah dengan berkata: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS Al anbiya: 83)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Hakekat hidup adalah ujian dan cobaan, maka barang siapa yang lulus darinya Allah akan meninggikan derajatnya dan memberikan karunianya di dunia ini maupun di akherat kelak. Akan tetapi siapa yang tidak lulus ujian dan menjadi durhaka maka kehinaan dan kenistaan akan diterimanya di dunia dan di akherat kelak.
Kalau ada musibah kemudian orang cenderung mengkaitkan musibah itu dengan kemusyirikan, mengantar sesajian dan sebagainya maka bisa dipastikan bahwa hal tersebut merupakan kemungkaran yang bertentangan dengan ajaran Islam, karena semua hal adalah miliki Allah, dzat yang memberi manfaat dan mudharat, maka semestinya bila ditimpa musibah segera minta ampun, beristighfar memperbanyak dzikir dan ingat serta kembali kepada Allah, bukan mencari jalan keluar yang justru menambah kemurkaan Allah.
Sebaliknya bila mendapatkan karunia segera ingat bahwa hal tersebut atas karunia Allah semata sehingga semakin menambah rasa syukur kepada Allah, dan tidak akan menjerumuskannya pada pengagungan diri sendiri.
Maka idul fitri ini sekaligus kemenangan kita menahan hawa nafsu, menikis sifat-sifat buruk yang hinggap pada diri kita selama ini, sekaligus sebagai ujian keimanan bagi kita kaum muslimin untuk menghadapi liku-liku kehidupan masa-masa yang akan datang. Semoga Allah menguatkan hati kita untuk teguh perpegang pada tali Allah Swt.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd
Ini barangkali renungan kita di sela-sela kita merayakan idul fitri 1432 H ini, sehingga hari raya kita tetap menjadi lebih bermakna. Maka marilah kita berdo’a kepada Allah Swt semoga Allah memasukkan kita ke dalam hamba-hambaNya yang pandai bersyukur, mentaati perintahnya dan menjauhkan kita dari adzab dan siksanya yang sangat pedih.
Dan akhirnya mulai hari ini mari kita jadikan diri ini sebagai hamba yang selalu memberi maaf pada saudara-saudara kita, sebagai hamba yang selalu meminta maaf atas segala kesalahan. Amin ya Rabbal ‘alamin….(31 Agustus 20110

 

Tinggalkan komentar