RSS

Geopark Merangin, Warisan Negeri Jambi

Geopark Merangin, Warisan Anak Negeri
OLEH SALWINSAH
PEMBACA boleh tidak percaya jika batuan, fosil, patahan, lipatan dan bentang alam dapat diajak bicara. Namun di mata seorang ahli geologi dapat mengajaknya berdialog. Unsur-unsur geologipun akan bertutur sejarahnya, bagai secercah cerita panjang pembentukan bumi yang dimulai milyaran tahun silam.
Melalui geopark, orang diajak menelusuri lorong waktu geologi yang periodenya tidak hanya mencakup masa ratusan tahun tetapi hingga jutaan tahun. Geopark tidak hanya menyajikan alam yang termonumenkan secara geologi, tetapi juga kehidupan yang menyertanya, manusia, hewan dan tumbuhan.
Geopark menjadi bentuk apresiasi terhadap nilai dan makna keunikan, kelangkaan dan estetika dari keanekaragaman warisan alam. Ditopang oleh pilar pembangunan berkelanjutan, pengembangan wilayah berciri khusus itu ditujukan kepada masyarakat setempat sebagai anak negeri.
Dengan demikian, secara langsung atau tidak, masyarakat akan merasakan manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembangunan geopark di daerahnya. Oleh karena itu, sesuai tujuan pembangunan geopark, konsep ini mempunyai hakekat membangun kembali hubungan antara alam dengan manusia, karena jauh sebelum manusia ada, alam telah membentuk hubungan yang harmonis dengan hewan dan tumbuhan.
Pengertian Geopark
Secara harfiah geopark berarti taman bumi yang mengacu pada situs warisan geologis (geological heritages) dan terintegrasi dengan warisan budaya (cultural heritages) yang bertujuan sebagai bagian konservasi, edukasi dan pembangunan dengan sistem berkesinambungan.
Geopark berimplementasi memberi peluang bagi penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat setempat dalam hal memperoleh keuntungan ekonomi secara nyata, melalui kegiatan pariwisata. Geopark merupakan kawasan warisan geologi yang mempunyai nilai ilmiah dan bernilai estetika dalam berbagai skala. Nilai-nilai itu menyatu membentuk kawasan yang unik. Selain menjadi tempat kunjungan dan objek rekreasi alam, geopark juga dimaknai sebagai kawasan konservasi dan perlindungan, dimana sebuah warisan geologi akan diturunkan kepada generasi selanjutnya.
Geopark Merangin
Geopark Merangin merupakan situs bersejarah warisan dunia. Bebatuan tua yang terhampar di sepanjang sungai, fosil-fosil tumbuhan dan hewan yang ada di pinggiran kali menjadikannya sebagai objek wisata alam dan sejarah yang sangat eksotis. Sungai yang deras, keterjalan mencapai lima meter, pun menjadikannya lokasi arung jeram, ajang adu adrenalin setaraf nasional bahkan dunia.
Selain pusat informasi (musium) geopark Merangin di Bangko, Sekda Merangin H. Sibawaihi bersama Kadis Budparpora Merangin Jangcik Mohza saat pendampingan studi alam siswa SMAN Titian Teras Jambi beberapa waktu lalu (Jambi Ekspres 25/5), penulis mendapatkan informasi bahwa kawasan taman bumi (geopark) di Merangin adalah salah satu situs yang memiliki banyak peninggalan masa lalu. Di tempat ini, pengunjung dapat mengamati berbagai fosil tumbuhan dan hewan yang sudah berumur lebih 300 juta tahun, peninggalan zaman purba.
Kawasan geopark Merangin, lanjut Jangcik, banyak peninggalan fosil kayu, tumbuhan dan kerang-kerangan yang tercetak membatu di endapan lava dan abu vulkanik gunung purba. Fosil-fosil itu tersebar di sepanjang Sungai Batang Merangin dan Mengkarang, sebagian lagi masih tertimbun tanah.
Geopark Merangin memiliki luas 20.360 km persegi. Geopark tersebut terbagi atas empat bagian, Paleobotani Park Merangin, Highland Park Kerinci, Geo-Cultural Park Sarolangun, dan Godwana Park Pegunungan Bukit Tiga Puluh (Tanjungjabung Barat). Paleobotani Park Merangin terbagi atas tiga zona, yaitu zona tangkapan (gerbang utama) di kawasan Kota Bangko, zona inti geoconservation, bioconservation, cultural, conservation dan zona penyangga yang merupakan daerah sepanjang aliran sungai (DAS). Luas Paleobotani Park Merangin adalah 1.551 kilometer persegi yang terbagi atas dua zona. Zona pertama disebut geoconservation. Di sana ada dua blok, kawasan Jambi Flora yang meliputi Desa Air Batu hingga Desa Biuku Tanjung serta kawasan Kars Sengayau di Sungai Manau dan Kars Jangkat. Kars Sengayau meliputi 13 gua yang pernah ditempuh masyarakat setempat selama 12 hari. Zona kedua disebut bioconservation, kawasan hutan lindung dan hutan adat di Merangin. Salah satunya, Hutan Adat Guguk di Desa Guguk, Kecamatan Renah Pembarap. Hutan Guguk memiliki luas sekitar 690 ha. (Pusat Informasi Geopark Merangin, 18 Mei 2015).
Keberadaan geopark Merangin menjadi geopark paling berpotensi mendapat pengakuan UNESCO. Dan kini semakin mendapat respon dari dunia internasional. Penelitian berkelanjutan dan proses percepatan pengembangan kawasan tersebut pun terus dilakukan.
Berdasarkan informasi yang penulis catat dari Jangcik Mohza, situs geopark Merangin merupakan pecahan lempeng daratan tertua di dunia yang berada di Cina. Jenis bebatuan yang ada di sekitar geopark ini mirip dan bahkan berusia hampir sama dengan bebatuan yang ada di situs bersejarah di Cina. Di sini ditemukan banyak fosil tumbuhan, mulai dari tumbuhan paku, dikotil, monokotil. Selain itu juga ditemukan fosil ikan, kerang, serangga dan lain-lain. Tentunya, jika dilakukan eksplorasi lebih jauh akan menambah perbendaharaan jenis fosil yang ada di situs geopark Merangin ini.
Warisan Anak Negeri
Di Desa Air Batu Merangin, DAS dimana geopark terhampar, ada sekelompok pemuda yang menamakan dirinya sebagai HAMPA (Himpunan Anak Muda Peduli Alam). Badri, ketua HAMPA walau belum terlalu piawai menjelaskan eksistensi geopark Merangin (masih kaku dan banyak menggunakan bahasa setempat), menaruh banyak harapan kepada pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan situs geopark ini. Jika dikelola dengan baik, mulai dari area, infrastruktur, dipromosikan dengan baik, maka tidak mustahil daerah Merangin akan menjadi tujuan wisata favorit bagi manca negara.
Masyarakat mungkin sudah tinggal di sekitar geopark selama beberapa generasi, bekerja di kawasan itu dan telah menghasilkan nilai ekonomi. Melalui pengembangan geopark, selaras dengan kegiatan konservasi berkelanjutan, edukasi, obyek wisata yang menjanjikan, sudah saatnya kita mewujudkan harapan Badri, penyambung lidah rakyat Jambi, yang sudah lama haus akan obyek rekreasi. Bukankah geopark adalah warisan dunia untuk kemakmuran anak negeri?
(Penulis Guru SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti Jambi)

 

Tinggalkan komentar