RSS

Pemenang Sejati

Pemenang Sejati
Oleh Salwinsah
win20PERHELATAN akbar lima tahunan Pemilu Anggota Legislatif DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota tinggal menghitung jam. Nasib semua Calon Legislatif (Caleg) berada di tangan masyarakat yang ada di Daftar Pemilih Tetap (DPT), Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), Daftar Pemilih Khusus (DPK) dan Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb), yang datang mencoblos ke tempat pemungutan suara (TPS) nanti.
Masyarakat, Caleg, para saksi Parpol dan DPD, pengawas lapangan (PPL) dan penyelenggara Pemilu lainnya harus memahami empat kriteria pemilih yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar pelaksanaan Pemilu bisa tertib dan lancar. 1). DPT adalah pemilih yang tertera di DPT, dan datang ke TPS sesuai alamat identitas. 2). DPTb adalah pemilih yang tertera di DPT tapi saat pencoblosan pindah milih di TPS lain. Pemilih kriteria ini disebabkan sakit, dinas luar, tugas pendidikan, menjalani proses hukum, bencana, pindah domisisli dan sebagainya. 3). DPK adalah pemilih yang namanya tidak ada di DPT, dan KPU membuat daftar pemilih baru di DPK, setelah menerima laporan dari Ketua RT (Pantarlih). 4). DPKTb adalah pemilih yang tidak tertera di DPT, DPTb dan DPK. Pemilih kriteria ini datang pada hari pencoblosan dengan membuktikan identitas diri seperti KTP atau KK atau pasport, ataupun Surat Keterangan Kependudukan yang diterbitkan Lurah, beralamat di RT (TPS) setempat. Diperkenankan menggunakan hak pilihnya satu jam sebelum TPS di tutup.
Empat item pemilih inilah yang akan menentukan siapa wakil rakyat yang akan duduk di kursi legislatif periode 2014-2019. Data resmi dari KPU pusat, memaparkan jumlah total pemilih yang telah terdaftar untuk pemilu tahun 2014, secara nasional berjumlah 186.488.693 orang. Sementara Provinsi Jambi sejumlah 2.473.654 jiwa. Pertanyaannya siapkah para caleg menerima kekalahan?
Kalah dan Menang
Adalah manusiawi jika merasa pedih dan kecewa ketika mengalami kekalahan. Tapi jika dihayati lebih mendalam dia akan berbuah manis. Orang yang memaknai kekalahan sebagai bentuk kegagalan, inilah kepahitan. Namun memaknai kegagalan sebagai bentuk kemenangan yang tertunda, ada harapan akan berbuah manis.
Kalah dalam suatu kompetisi adalah hal yang lumrah. Karena kompetisi adalah mencari siapa yang kalah dan menang. Tapi kekalahan sejati adalah ketika tidak mampu bangkit dari kekalahan, tidak mau mencoba untuk berbenah diri dan melanjutkan perjuangan. Inilah makna dari kekalahan yang sebenarnya. Jika hal ini sudah menggerogoti pikiran dan jiwa, maka kita tinggal menunggu kekalahan selanjutnya. Kalau kekalahan memicu amarah, membawa keputusasaan, selain menghancurkan citra sendiri, juga merusak tatanan sosial dan akan menuai kekalahan lebih parah lagi.
Tamsil ini hanya mengingatkan bahwa kekalahan bukanlah akhir segala-galanya, tapi itu adalah awal menuju sebuah kesuksesan. Tidak ada orang yang ingin kalah, tapi kalau memang kita harus kalah, terimalah itu dengan lapang dada dan berjiwa besar. Karena hakekat menang atau kalah itu Sunnatullah. Kekalahan atau kemenangan merupakan perguliran waktu, tinggal menunggu giliran.
Walau dalam kompetisi tujuannya untuk menang, tetapi bukan dalam bentuk konsep harus menang. Pernyataan menang dan kalah sama-sama terhormat, yang telah disepakati peserta Pemilu, hendaknya tidak di atas kertas saja, tetapi juga diimplementasikan dalam bentuk nyata. Konflik pasca Pemilu sangat tergantung dari perilaku dan tindak tanduk elite politik, yang menjadi figur panutan di mata rakyat pendukungnya. Mereka harus menerapkan etika berpolitik santun, satya wacana dan jujur dalam menyikapi komitmen bersama. Figur sportif yang berjiwa besar dalam menyikapi hasil penghitungan suara, diharapkan mampu menjadi magnet bagi rakyat untuk lebih mengagumi dirinya, dan masyarakat mau berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada berikutnya.
Saat mengadakan deklarasi damai, setiap pengurus parpol dan calegnya telah menyatakan siap kalah dan menang. Mereka selanjutnya bergandengan tangan, berpelukan dan menegaskan siap menerima kekalahan dan kemenangan dengan lapang dada. Siapa pun yang terpilih dan dipilih rakyat harus dihargai sebagai kemenangan bersama. Dengan kata lain, walaupun tidak dipilih dalam kontestasi Pemilu, kebersamaan dan semangat perjuangan dalam membangun bangsa dan daerah harus terus ditunjukkan. Jangan ada yang menampakkan kekecewaan dalam bentuk-bentuk anarkisme, destruktif, merusak ketertiban umum, apa lagi menghancurkan fasilitas publik. Kalau niat ingin membangun bangsa, ‘kan tidak harus menjadi anggota legislatif?
Pemilu secara esensi berupaya mewujudkan suara rakyat. Tentunya, siapa pun yang terpilih sebagai wakil rakyat, harus mengemban amanah rakyat dengan penuh tanggung jawab. Kepada caleg yang kalah, harus diartikan bahwa rakyat sesungguhnya belum memberi kesempatan kepadanya. Dalam sistem demokrasi, siapapun harus menghargai dan menjunjung tinggi aspirasi rakyat seutuhnya. Di sana pun ada nilai-nilai suci yang tidak bisa diukur dengan uang, apalagi ditakar dengan banyaknya materi yang dikeluarkan dalam proses Pemilu.
Evaluasi Diri
Ketika mengalami kekalahan, langkah yang seharusnya dilakukan adalah mengakui kelebihan lawan. Ini adalah wujud dari jiwa besar yang kita miliki. Akuilah bahwa memang lawan lebih baik dari kita. Banyak menyampaikan alasan adalah orang yang tidak bisa menerima kekalahan dengan jiwa yang besar. Berbagai alasan yang diutarakan hanya untuk menutupi kekurangan yang ia punya. Hal ini tentu bukanlah mental yang dimiliki seorang politisi sejati.
Hal penting saat menerima kekalahan adalah dengan melakukan evaluasi diri, bisa di lakukan dengan banyak cara. Misalnya dengan merenung (introspeksi diri), meminta masukan, menerima kritik dan saran dari orang lain. Evaluasi diri ini akan menjadikan kita lebih peka terhadap kelemahan diri dan selalu berupaya untuk memperbaiki kelemahan tersebut. Nah, jika bisa memahami pemaknaan kalah dan menang secara seksama, mengapa harus masuk RSJ?
Sang pemenang sejati adalah berjiwa besar mengakui kekalahan, berhati lapang menerima kemenangan orang lain! (Penulis adalah Guru SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti Jambi)

 

Tinggalkan komentar