RSS

Islam pada Periode Klasik II

ISLAM PADA PERIODE 650–1000 M (PERIODE KLASIK II)

A. Pendahalulan
Dalam garis besar sejarah Islam dapat dibagi menjadi tiga periode besar, klasik, pertengahan dan modern. Periode klasik (650-1250 M), merupakan zaman kemajuan terdiri dua fase, ekspansi, integrasi dan puncak kejayaan (650-1000 M), dan fase disintegrasi (1000-1250 M). Periode pertengahan 1250-1800 M), terdiri dua fase, kemunduran (1250-1500 M) dan fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M) yaitu Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Ketiga periode modern (1800-dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat Islam.1)

B. Islam pada Masa Khulafa’ al-Rasyidin
1. Munculnya Khulafa’ al-Rasyidin
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah.
_____________________________
1. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah pemikiran dan Gerakan, 1991, hal. 14
Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya. 2)

2. Pemerintahan Abu Bakar, Pertumbuhan dan Perkembangan
Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad. Nama aslinya Abdullah bin Ab Quhafah. Kemudian terkanal dengan sebutan Abu Bakar. Sedang gelar Ash-Shiddiq diberikan oleh para sahabat karena ia sangat membenarkan Rasulullah Saw. Sejak muda Abu Bakar memang sudah akrab dengan Rasulullah. Dialah yang menemani Nabi Muhammad di Gua Hira’ dan dialah yang pertama kali masuk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Sewaktu Nabi sakit ia dipercaya para sahabat menjadi Imam Sholat. Maka pantaslah bila kaum muslimin memilihnya sebagai Khalifah pertama setelah baginda Rasulullah wafat. 3)
______________________________
2. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2008, hal. 35
3. http://members.fortunecity.com)

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn ‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria. Salah satu hal monumental pada era Abu Bakar ra adalah pengumpulan mushaf al Quran dari para sahabat-sahabat yang lain, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit ra. 4)
4. Pemerintahan Umar ibn al-Khatta, Pertumbuhan dan Perkembanagn
Ia lebih muda 13 tahun dari Nabi Muhammad Saw. Sejak kecil ia sudah terkenal sangat cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di depan siapa pun. Tidaklah mengherankan setelah masuknya Umar ke dalam barisan orang muslim. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah masuk Islam paling berani menghancurkan musuh Islam. Kemudian terkenallah Umar sebagai “Singa Padang Pasir”, sangat disegani. Ia sangat tegas dalam mengatakan kebenaran. Oleh karenanya digelari oleh masyarakat Al-Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan antara yang benar dan yang salah . Sedemikian gigihnya Umar dalam menegakkan Syariat Islam sampai Abdullah bin Mas’ud mengatakan : “Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia,” (HR.Bukhari)
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persi lainnya. Beliaulah yang pertama membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al-Qur’an. Khalifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama 10 tahun 6 bulan oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughirah bin Syu’bah.
____________________________
4. http://orgawam. wordpress.com
Dikenang umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana dan sportif. Kata-kata beliau yang sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya”. Selain itu, beliau dikenal sangat menyayangi rakyat. 5)
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah.
Umar ra memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah.
___________________________
5. http://members.fortunecity.com
Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib. 6)
6. Pemerintahan Usman ibn ‘Affan, Pertumbuhan dan Perkembangan
Ia lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad Saw. Sejak muda, ia memiliki akhlak yang sangat mulia. Ia juga seorang saudagar yang kaya raya dan pendiam. Ialah yang membeli sumur Raumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amalnya hingga masyarakat menggelarinya “ghaniyyun Syakir”, yaitu orang kaya yang banyak syukurnya kepada Allah Swt. Sekalipun amat kaya, Ustman tidak segan-segan turut serta berperang. Ia juga termasuk penulis wahyu yang terkenal. Karena kebaikan-kebaikannya itulah, ia dikawinkan dengan putri Nabi yang bernama Ruqaiyah. Setelah Ruqaiyah meninggal, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi yang bernama Umi Kultsum. Oleh karenanya digelari “Dzun Nurain”, artinya yang mempunyai dua cahaya.
Langkah-langkah yang ditempuhnya setelah menjafi Khalifah, adalah mengganti gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah wafatnya Umar.

____________________________
6. http://orgawam.wordpress.com
Kemudian beliau memperbanyak naskah Al-Qur’an yang sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, dan Kufah. Beliau wafat pada usia 82 tahun setelah memerintah selama 12 tahun. Meninggal oleh tikaman pedang Humran bin Sudan, saat beliau membaca Al-Qur’an. Jasa besar beliau memelihara kemurnian Al-Qur’an sebagaimana yang tersebar sekarang. 7).
7. Pemerintahan Ali ibn Abi Thalib, Pertumbuhan dan Perkembangan
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar. Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah.
___________________________
7. http://members. fortunecity.com

Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali).
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij. 8)
C. Islam pada Masa Bani Umayyah di Timur
1. Munculnya Bani Umayyah
Keberhasilan Muawiyah mencapai ambisi mendirian kekuasaan dinasti Muawiyah disebabkan di dalam diri Umayyah terkumpul sifat-sifat penguasa, politikus dan administrator. Ia pandai bergaul dengan berbagai temperamen manusia, sehingga ia dapat mengakumulasikan berbagai kecakapan tokoh-tokoh pendukungngnya, bahkan bekas lawan politiknya sekalipun. Misalnya ia merangkul dan menawarkan Amr Ibn Ash, seorang diplomat dan politikus ulung, mantan gubernur Mesir yang dicopot oleh Khalifah Usman. 9)
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang besifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun-temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium.
___________________________
8. http://orgawam.wordpress.com
9. K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern), 2000, hal. 167

Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebut ‘Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah. 10)
Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah, Muawiyah Ibn Abi Sufyan (661M-680M), Abd Al-Malik Ibn Marwar (685M-705M), Al-Walid Ibn Abd Malik (705M-715M), Umar Ibn Abd Al-Aziz (717M-720M), Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724M-743M). 11)
Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke Timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Baikh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk di kawasan ini kaum Paganis. Pasukan Islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H / 661M. pada tahun 43H / 663M mereka mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah Quhistan pada tahun 44H / 664M. Abdullah Bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari.

____________________________
10. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2008, hal. 42
11. http://spistai.blogspot.com

Pada tahun 44H / 664M para tentaranya datang ke India dan dapat menguasai Balukhistan,Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maitan. 12)
2. Masa Puncak
Di zaman Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M) pemerintahannya dikenal dengan adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif. Dia membangun kota Rasyafah dan membereskan tata administrasi. Hasyim dikenal sangat jeli dalam berbagai perkara dan pertumpahan darah. Namun dia dikenal sangat kikir dan pelit. Penaklukan dimasa pemerintahannya yang dipimpin oleh Abdur Rahman Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers, dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi diluar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Prancis pada tahun 114H / 732M. peristiwa penyerangan ini merupakan peristiwa yang sangat membahayakan Eropa. Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur maupun barat. Wilayah kekuasaan islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan Purkmenia, Ulbek, dan Kilgis di Asia Tengah. 13)

___________________________
12. http://spistai.blogspot.com
13. http://spistai.blogspot.com

Kemajuan dalam bidang ekonomi yang terdapat pada zaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu, dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sector pertanian, beliau telah memperkenalkan system pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian. Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.
Dalam bidang Peradilan dan Pengembangan Peradaban usaha positif yang dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh system pemerintahan dan menata administrasi, antara lain organisasi keuangan. Organisasi ini bertugas mengurusi masalah keuangan negara yang dipergunakan untuk, gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara. Pembangunan pertanian, termasuk irigasi, biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang dan perlengkapan perang.
Disamping usaha tersebut daulah Bani Umayyah memberikan hak dan perlindungan kepada warga negara yang berada dibawah pengawasan dan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan kesewenangan. Oleh karena itu, Daulah ini membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh seorang ketua Hakim (Qathil Qudhah). Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkara dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh atau dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan politik tertentu.
Disamping itu, kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pengembangan peradaban seperti pembangunan di berbagai bidang, seperti, Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata. Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah. 14)
Pembentukan kekuatan militer di Siriya salah satu kemajuan berharga pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa. Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut, dibantu dengan pasukan-pasukan relawan dari berbagai daerah. 15)
___________________________
14. http://spistai.blogspot.com
15. K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern), 2000, hal. 167-168
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. 16)
3. Masa Mundur dan Hancur
Terdapat banyak sebab yang mendukung hancurnya dinasti Umayyah, setelah berlangsung kerang lebih Sembilan puluh tahun. Tidaklah terlalu sulit melacak sebab-sebab tersebut, pertama, ketidakcakapan para penguasa serta kejahatan prilaku mereka merupakann factor utama hancurnya kekuasaan dinasti ini. Menurut Von Kremer bahwa masa pemerintahan dinasti Umayyah oleh orang-orang sezaman, dipandang tidak berkelanjutan dengan pemerintahan nabi dan para sahabatnya, juga tidak berdasarkan ambisi kekuasaan dan kekuatan menaklukkan. Kedua egoism para pejabat pemerintahan dan terjadinya sejumlah pemberontakan militer. Pada umumnya para penguasa mempercayakan urusan pemerintahan kepada para pejabat istana. Selanjutnya para pejabat tersebut menjalanjkan amanat itu untuk memuaskan ambisi dan tujuan-tujuan pribadi, di mana pelaksanaan kebijakan pemerintahan didasarakan pada pertimbnagan dan kecendrungan individual yang subyektif.
___________________________
16. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2008, hal. 45
Ketiga, persaingan antar suku. Permusuhan kelopok Arab mudariyah (sebagian besar berasal dari Hijaz dan Kufah) dengan kelompok Himyayirah (sebagian besar berasal dari Yaman) yang telah lama berlangsung, semakin memanas karena sikap para penguasa Umayyah yang memihak dari salah satu dari keduanya. Akhirnya timbullah pemberontakan antara lain dilatarbelakangi perselisihan permusuhan ini, sehingga besar pengaruhnya dalam mempercepat kehancuran dinasti Umayyah. Keempat, tidak adanya mekanisme dan aturan baku mengenai suksesi kepemimpinan. Berdasarkan pertimbangan stabilitas politik kerajaan Umayyah, Mu’awiyah menempuh kebijaksanaan menunjukkan anaknya, Yazid sebagai penggantinya, namun prinsip senioritas kepemimpinan bangsa Arab yang telah lama berlaku tidak dapat menerima system suksesi secara turun-termurun. Kelima, perlakuan yang tidak adil terhadap non-Arab. Masyarakat non-Arab khususnya keturunan Persia, sekalipun mereka telah membela Islam dan kerajaan Umayyah, namun mereka menerima perlakuan social politik dan ekonomi yang tidak seimbang dengan kelompok Muslim-Arab. Keenam, propaganda dan gerakan Syia’ah. Mereka berasal dari partai Ali, kemudian berkembang menjadi aliran Syi’ah setelah tragedy Karbala. Sejak semula kelompok ini tidak mengajui pemerintahan dinasti Umayyah dan menganggap para penguasanya sebagai perampas kekuasaan. Mereka tidak pernah memaafkan kejahatan pembunuhan Ali, Hasan dan Husain. Misi dan propaganda mereka untuk membela keturunan nabi secara efekstif berhasil menarik simpatik kelompok tertindas. Ketujuh, propaganda dan gerakan Abbasiyah. Propaganda kelompok Abbasiyah secara gencar menyerang segi-segi negative dan kelemahan sepanjang pemerintahan Umayyah. Setelah propaganda mereka berhasil memobilisasi berbagai kelompok masyarakat, kelompok ini mulai melancarkan gerakan politik untuk merebut kekuasaan. 17)

D. Islam pada Masa Bani Abbas
1. Abasiah Awal dan Perkembangan Peradabannya
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani umaiyah. Dinamakan khilafah abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode. 18)
Dinasti Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah. Terdapat beberapa factor yang mendukung keberhasilan pembentukan dinasti ini. Di antaranya adalah meningkatnya kekecewaan kelompok Mawalli terhadap dinasti Bani Umayyah, pecahnya persatuan antar suku bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginan mereka memiliki pemimpin kharismatik.
___________________________
17. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2008, hal. 225-229
18. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2008 hal. 49
Kelompok Walli adalah orang-orang non-Arab yang telah memeluk agama Islam diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara itu bangsa Arab menduduki kelas bangsawan. Mereka tersingkir dalam urusan pemerintahan dan dalam kehidupan social bahkan para penguasa Arab selalu memperlihatkan sikap permusuhan terhadap mereka. 19)
2. Abasiah Puncak dan Peradabannya
a. Bidang Sosial Budaya
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya. Di antara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya.
___________________________
19. K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern), 2000, hal 231

Di antara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya. Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
b. Bidang Politik dan Militer
Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok anatara pemerinatah Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran. Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut diwanul jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan.Pembentuka lembaga ini didasari atas kenyataan polotik militer bahwa pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banayak terjadi pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Dinasyi Abbasiyah.
c. Bidang Ilmu Pengetahuan
Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab (Mawali), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi ini. Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, (258-339 H/870-950 M) dan lain-lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq (w. 152 H/768 M).
d. Bidang Ilmu Agama
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad (750-1258 M), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dariperan serta para ulama dan pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansia, kepada para ulama. Perhatian yang serius dari pemeruntah ini membuat para ulama yang ingin mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam. Dianata ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf. 20)
___________________________
20. http://spistai.blogspot.com

3. Abasiah Mundur dan Kondisi Peradabannya
Cara untuk mencermati sebab hancurnya kekuasaan dinasti Abbasiyah haruslah diteliti dari sikap dan kebijakan para khalifahnya. Bahwa mayoritas Khalifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Mereka menjali kehidupan dengan bermegah-megahan dan bermewah-mewahan. Sekalipun terkadang mereka mengatasi kondisi politik dalam negeri yang kritis, namun mereka lebih memusatkan perhatian dan waktunya dengan minuman keras, wanita dan music. Bahkan mereka kehilangan semangat perjuangan menegakkan kekuasaanya takala datang sebuah pihak asing dengan menumpahkan darah rakyat.
Supremasi bangsa Turki pada periode akhir Abbasiyah juga turut menyebabkan jatuhnya dinasti Abbasiyah. Bahwa sepeninggalnya khalifah Mutawakkil pengaruh kjekuatan Turki berkembang semakin kuat bahkan khalifah pengganti Mutawakkil tidak mampu menekannya. Akibatnya kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas ketinggian poisisi mereka.
Sikap para khalifah yang mengabaikan urusan kemiliteran turut mendukung kemunduran dinasti ini. Bahwa kelangsungan dan stabilitas suatu imperium sangat bergantung pada kekuatan militer. Dikarenakan tidak adanya program ekspansi pada periode ini, para khalifah tidak menaruh perhatian terhadap urusan militer ini.
Hubungan antar wilayah provinsi dengan pemerintah pusat di Bagdad semakin m erenggang. Dalam beberapa kasus para gubernur berusaha melepaskan diri dari ikatan pemerintah pusat dan menyatakan kemerdekaan wilkayah masing-masing. Kondisi ini mengganggiu stabilitas imperium Abbasiyah dan mempersulit pemerintahan pusat.
Permusahan antar suku merupakan salah satu sebab lainnya. Permusuhan antara kelompok Arab dengan non-Arab, antara kelompok muslim dengan non muslim semakin mendegang pada masa ini. Kelompok Persia yang lebih diuntungkan dalam pemerintahanb Abbasiyah memandang remeh terhadap kelompok Arab sedang kelompok Arab juga memandang remeh kelompok Persia dan lainnnya. Sementara itu pihak khalifah tidak menyatukan mereka dalam sutau ikatan persatuan.
Factor lainnya adalah dalam segi ekonomi. Bahwa pendapatan utam negara adalah dari hasil pajak. Timbulnya berbagai kerusuhan dan pemberontakkan yang mengganggu perekonomian rakyat, semakin sempitnya wilayah kekuasaan negara, gerakan penglepasan wilayah dan timbulnya dinasti-dinasti yang merdeka semua ini merupakan penyebab kemerosotan ekonomi.
Selain sebab internal, juga adanya sebab dari eksternal. Taitu penyerangan Hulagu Khan yang menghancurleburkan kota Bagdad. Ia membunuh khalifah terakhir Abbasiyah dan membantai keluarga istana. Hancurnya Bagdad oleh Hulagu Khan menandai berakhirnya kekuasaan Bani Abbasiyah. Inilah pertama kali dalam sejarah Islam dimana umat muslim hidupo tanpa seorang khalifah.21)
____________________________
21. K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern), 2000, hal. 289-291

E. Kesimpulan
Sepeninggalan Nabi Muhammad SAW tidak ada wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin umat Islam. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.
Dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya. Selang waktu selanjutnya Umar ibn al-Khatab menggantikan Abu Bakar. Sejak kecil Umar ibn al-Khatab sudah terkenal sangat cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di depan siapa pun. Tidaklah mengherankan setelah masuknya Umar ke dalam barisan orang muslim. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah masuk Islam paling berani menghancurkan musuh Islam. Kemudian terkenallah Umar sebagai “Singa Padang Pasir”, sangat disegani. Ia sangat tegas dalam mengatakan kebenaran.
Khalifah ketiga adalah Usman ibn ‘Affan, Sejak muda, ia memiliki akhlak yang sangat mulia. Ia juga seorang saudagar yang kaya raya dan pendiam. Ialah yang membeli sumur Raumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amalnya hingga masyarakat menggelarinya “ghaniyyun Syakir”, yaitu orang kaya yang banyak syukurnya kepada Allah Swt. Sekalipun amat kaya, Ustman tidak segan-segan turut serta berperang. Ia juga termasuk penulis wahyu yang terkenal. Karena kebaikan-kebaikannya itulah, ia dikawinkan dengan putri Nabi yang bernama Ruqaiyah. Setelah Ruqaiyah meninggal, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi yang bernama Umi Kultsum. Oleh karenanya digelari “Dzun Nurain”, artinya yang mempunyai dua cahaya.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Keberhasilan Muawiyah mencapai ambisi mendirian kekuasaan dinasti Muawiyah disebabkan di dalam diri Umayyah terkumpul sifat-sifat penguasa, politikus dan administrator. Ia pandai bergaul dengan berbagai temperamen manusia, sehingga ia dapat mengakumulasikan berbagai kecakapan tokoh-tokoh pendukungngnya, bahkan bekas lawan politiknya sekalipun. Misalnya ia merangkul dan menawarkan Amr Ibn Ash, seorang diplomat dan politikus ulung, mantan gubernur Mesir yang dicopot oleh Khalifah Usman.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani umaiyah. Dinamakan khilafah abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode.

Referensi
– Badri Yatim, DR. MA, Sejarah Peradaban Islam, 2008, Rajagrafindo Persada, Jakarta
– Harun Nasution, Prof.DR, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah pemikiran dan Gerakan, 1991, Bulan Bintang, Jakarta
– K. Ali, Prof, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), 2000, Rajagrafindo Persada, Jakarta
http://spistai.blogspot.com
http://members.fortunecity.com
http://orgawam.wordpress.com
http://spik13.blogspot.com

 

Tinggalkan komentar